JAKARTA – Universitas Nasional (Unas) mengikuti Workshop Pengembangan Program Internasionalisasi Perguruan Tinggi Indonesia bertema ‘Higher Education Policy Towards Cross Border Education’ pada 14-16 Juli 2017. Acara ini diikuti oleh 150 peserta dari 12 perguruan tinggi di Indonesia termasuk 1 tamu undangan dari Catholic University of Daegu. Selama tiga hari dilaksanakan, kegiatan forum KUI ini menggelar berbagai acara, diantaranya : diskusi dari Kemenristekdikti mengenai evaluasi program internasional yang bertempat di Hotel Wyndham Surabaya, welcome dinner yang berada di rumah dinas walikota Surabaya, dan ditutup dengan melihat keindahan kota Surabaya diantaranya Tugu Pahlawan, Museum Surabaya dan pasar genteng.
Menurut Kepala Divisi Kerjasama Internasional Universitas Nasional Dra. M.A. Inez Sapteno, keikutsertaan Unas dalam acara tersebut adalah untuk membagi pengalaman, pengelolaan, dan kerjasama luar negeri Unas sejauh ini dengan universitas lainnya. Dalam sharing tersebut, Unas berusaha melihat kesempatan – kesempatan yang dapat dikembangkan untuk memberikan tempat mahasiwanya go international, tentunya melalui program – program pendek seperti kunjungan atau summer program. Kemudian bisa melalui kerjasama yang lebih jauh seperti degree program. “Pada saat yang bersamaan, saya sebagai perwakilan dari Unas bisa belajar dari pengalaman teman – teman yang lain dalam menyelenggarakan kerjasama internasionalnya ataupun kerjasama nasional. Nah program – program yang kami bicarakan intinya itu adalah mengekspos seluruh civitas akademika satu universitas untuk internasionalisasi perguruan tinggi Indonesia.” tutupnya.
Berbicara mengenai trend kerjasama luar negeri, dari yang disebut teaching university yaitu hanya belajar dan mengajar, pada saat ini universitas di Indonesia bergerak menjadi universitas riset. Pada saat itulah mahasiwa dan dosen di dorong untuk ikut dalam penelitian. Universitas mulai berpikir untuk membuat jurnal bagi mahasiwa dan juga kolaborasi melakukan penelitian dan publikasi di jurnal-jurnal internasional. Tentunya dengan mengembangkan trend tersebut, prosesnya adalah bekerjasama, bukan saja dengan sesama universitas di dalam negeri, tetapi juga di luar negeri. Pada saat itulah kedua kampus tersebut bekerjasama yang akhirnya mejadi satu disebut konsorsium. Namun, bentuk kerjasama tidak selalu dengan universitas, tapi juga dengan industry dan pemerintah.
“Di Unas ini kita baru mencoba kerjasama dengan perusahaan Korea yang nanti akan memberikan kursus-kursus satu bulanan. Kita juga bekerjasama dengan pemerintah, ntah itu pemerintah Indonesia atau luar negeri. Contohnya Unas dengan pemerintah Indonesia banyak dari tingkat kabupaten atau provinsi. Kalau di luar negeri misalnya kita kerjasama dengan KBRI, KBRI Itali misalnya. Dan KBRI ini membantu pengembangan program termasuk memberikan subsidi-subsidi” ujar Inez.
Delegasi Unas itu juga menuturkan bahwa pentingnya ada kerjasama luar negeri di suatu kampus. Menurutnya, dengan adanya kerjasama itu maka Unas dapat berkolaborasi. Apakah kolaborasi itu dengan pemerintah Indonesia, universitas di Indonesia, maupun kolaborasi antara pemerintah atau Universitas di luar negeri. Zaman sekarang jika ingin maju dibutuhkan kolaborasi yang baik, hal ini dibuktikan dengan masyarakat ekonomi ASEAN. Jika ASEAN ingin maju sendiri memang sudah maju, tetapi jika majunya bersama-sama itu lebih baik, seperti di Amerika Serikat dengan Amerika Latin atau Eropa. “Kolaborasi itu menjadi sangat penting. Kita berkolaborasi dengan berbagai unsur, seperti misalnya mahasiwa. Mahasiwa saat mau praktek kerja lapangan harus berkordinasi mulai dari lurah, kecamatan, jika tidak maka tidak diperhatikan”, tutupnya. Tentunya dengan cara bermitra tersebut sebuah kampus dapat memperoleh ilmu dan informasi yang lebih luas.
Bagikan :