JAKARTA – Delegasi Importir Korea Selatan berencana akan dating ke Indonesia untuk memborong berbagai produk tanah air. Bersama Wakil Dubes Republik Indonesia, misi dagang ini akan dipimpin oleh Asosiasi Importir Korea Selatan (KOIMA). Dilansir dari Minister Counsellor KBRI Seoul, Aji Surya pada Selasa (11/7/2017), kunjungan tersebut berlangsung pada tanggal 12-15 Juli 2017 dan dilaksanakan dengan serangkaian kegiatan yang meliputi business forum, one-on-one business matching dan industrial visit. Delegasi tersebut dipimpin langsung oleh Wakil Duta Besar Indonesia, Cecep Herawan serta Chairman KOIMA, Myoung-Jin Shin.
Tak main-main, lebih 100 importir produk Korea Selatan telah disiapkan oleh KBRI Seoul untuk bertandang ke tanah air. Menurut Atase Perdagangan KBRI Seoul, Aksamil Khair, sampai saat ini tercatat jumlah delegasi mencapai 120 orang, yang terdiri dari para pimpinan (CEO/President) perusahaan serta official dari KOIMA sendiri. “Produk yang diminati oleh anggota delegasi cukup beragam, di antaranya produk karet, CPO, elektronik, tekstil, kayu, produk kelapa, produk kimia, bahan-bahan bangunan, bahan untuk kosmetik, produk dari gelas, kerajinan tangan, produk makan dan lainnya,” tutupnya.
Jauh hari sebelum keberangkatan, pihaknya telah difasilitasi komunikasi dengan para pemasok potensial dari tanah air, supaya misi ini dapat menghasilkan kontrak dagang. Dengan demikian, di masa mendatang pihaknya tinggal proses penyelesaian serta mengembangkannya saja.
Duta Besar Republik Indonesia di Seoul, Umar Hadi telah melakukan pembicaraan secara intens dengan Chairman KOIMA dalam upaya peningkatan perdagangan Indonesia dan Korea Selatan. Salah satunya adalah kesepakatan pengiriman misi importir dalam jumlah yang lebih besar. “Saya yakin, kunjungan kali ini dapat memompa kembali performa perdagangan bilateral yang sempat mengalami penurunan,” ungkapnya.
Total perdagangan Indonesia-Korea tahun 2016 tercatat sebesar US$ 14,8 miliar, atau terjadi penurunan sebesar 11% terhadap total perdagangan tahun sebelumnya. Meskipun demikian, terdapat surplus di sisi Indonesia sebesar US$ 1,6 miliar. Sementara itu, pada tahun 2017 (periode Januari hingga Mei) total perdagangan sebesar US$ 7,3 miliar atau terjadi peningkatan sebesar 22,6% terhadap tahun 2016.
Meskipun impor Korsel dari Indonesia masih didominasi oleh bahan baku dan barang jadi seperti batubara, karet dan komponen elektronik. Namun terdapat pula produk lainnya seperti garmen, alas kaki, minyak sayur dan produk non-migas yang menunjukkan peningkatan di dua tahun terakhir.
selengkapnya : http://liputan6.com
Bagikan :