JAKARTA ( UNAS) – Ketua Prodi Ilmu Politik Pascasarjana Universitas Nasional (Unas), Alfan Alfian, menceritakan perbedaan gerakan mahasiswa era 1990-an dan era 2000-an dalam kunjungan ke Kantor Harian Republika. Corak reformasi dan perkembangan infomasi teknologi (IT) menjadi dua penyebab perbedaan gerakan mahasiswa.
“Gerakan mahasiswa sedang dalam masa paceklik, artinya tidak lagi miliki daya kritis secara ekspresif dibanding masa lalu. Corak reformasi juga berbeda. Perkembangan IT juga berpengaruh dalam berkurangnya suara para aktivis,” kata dia dalam kunjungan, Rabu (23/8) sore.
Alfan menggambarkan, mahasiswa saat ini, cenderung ada pada zona nyaman mereka, artinya hanya kuliah saja di kampus. Kemudian, ketika mereka ingin menyuarakan sesuatu, mungkin saja mereka merasa serba tanggung.
Padahal, dia melanjutkan, gerakan mahasiswa tidak bisa dipandang sebelah mata, karena mereka memiliki pengaruh dalam setiap perubahan. “Gerakan mahasiswa ini tidak bisa diabaikan. Mahasiswa ini kan lapisan pemuda terpelajar karena intelektualnya,” ujar pengamat politik itu.
Alfan merupakan, mantan aktivis era 1990-an. Dia juga sering menulis dan dimuat di beberapa media. Salah satunya pada 1994, menjadi tulisan pertamanya yang dimuat di Republika. Setelah itu dia menjadi penulis puisi yang juga dimuat di Republika dan fenomenal.
Sebagai seorang mantan aktivis dan juga dosen, Alfan dan kalangan akademisi lain di kampus, harus bertanggung jawab dengan jalannya demokrasi politik Indonesia. Dia menuturkan, media massa juga harus memastikan kondisi politik Indonesia berjalan dengan baik.
selengkapnya di http://www.republika.co.id
Bagikan :