JAKARTA ( UNAS) – Tingginya persaingan dunia kerja di era modern membuat pria kelahiran Semarang, 6 Juni 1972 ini menunjukkan keprihatinannya terhadap pengangguran terdidik di Indonesia.
“Dunia luar sudah menunjukkan kepada kita bahwa ini adalah era persaingan, ini adalah era kompetisi, penting bagi mahasiswa untuk memiliki daya saing,” imbuhnya dengan tegas saat berdiri di podium pada acara Dies Natalis Fakultas Ekonomi Universitas Nasional, Selasa (26/9).
Saat ditemui usai acara, pemilik nama Muhammad Hanif Dhakiri S.Ag., M.Si. ini mengungkapkan bahwa dengan meningkatnya persaingan dunia, penting bagi mahasiswa untuk memiliki bekal agar siap bersaing dengan bekerja keras diatas standar.
“Jika diatas standar mereka pasti memenangkan persaingan, kalau hanya sesuai standar saja mereka bisa menang bisa kalah, kalau dibawah standar mereka pasti kalah,” ujar mantan anggota DPR RI tersebut.
Hanif selaku Menteri Ketenagakerjaan Rupublik Indonesia ini juga memberikan bagaimana agar generasi muda dapat memenangkan persaingan guna mendapatkan pekerjaan / profesi yang diidam – idamkan salah satunya dengan kreatifitas. Hal tersebut dapat diwujudkan melalui sektor Ekonomi Kreatif yang akan menjadi kekuatan baru perekonomian nasional di masa mendatang.
Melalui Sektor Ekonomi Kreatif, masyarakat juga dapat memperoleh pendapatan maupun menciptakan lapangan pekerjaan baru. Hal tersebut dapat mengurangi pengangguran yang notabene menjadi permasalahan rumit di Indonesia.
Menurut Hanif, tantangan yang dihadapi saat ini adalah mengenai industri kreatif yang harus meningkatkan kompetitif agar tak kalah bersaing. Pada era modern ini, perkembangan teknologi juga mempengaruhi karakter pekerjaan yang terus berubah seperti penggantian tenaga manusia menjadi mesin. Perubahan karakter pekerjaan ini mempengaruhi sisi input sumber daya manusia dan menjadi tantangan bagi Indonesia.
Tantangan lain yang dihadapi menurut Hanif yaitu angkatan tenaga kerja Indonesia yang masih didominasi oleh lulusan SD (Sekolah Dasar) dan SMP (Sekolah Menengah Pertama). Sedangkan lulusan diploma dan sarjana di Indonesia masih banyak yang dibawah kualitas standar, hal tersebut mengakibatkan banyaknya pengangguran terdidik di Indonesia.
Untuk mengatasi hal tersebut, perlu bagi pemerintah untuk melihat kembali seluruh proses belajar dan mengajar termasuk kurikulum, dosen, dan struktur untuk disesuaikan dengan kebutuhan di pasar kerja.
“Intinya sekarang ini kita harus beriorientasi pada pasar kerjanya karena output pada pendidikan bisa lebih nyambung. Selain itu problem underkualifikasi yang menurut saya harus diperbaiki agar bisa masuk ke pasar kerja,” ujar Alumni S-2 Ilmu Politik UNAS tersebut.
Diakhir wawancaranya Pria berkacamata inipun tak lupa memberikan tanggapannya terhadap UNAS selaku institusi dimana ia pernah meraih gelar magister beberapa tahun lalu.
“Saya kira UNAS sebagai perguruan tinggi swasta memiliki kontribusi cukup besar terhadap republik kita ini. Saya berharap bahwa UNAS kedepannya bisa terus maju dan berkembang, dan UNAS juga harus dapat melihat perkembangan perubahan karakter dimasa yang akan datang sehingga penyiapan mahasiswa bisa lebih sesuai dengan kebutuhan di pasar kerja,” tutupnya.
Bagikan :