JAKARTA ( UNAS ) – Sebanyak 30 orang mahasiswa dari Fakultas Teknik dan Sains ( FTS) Universitas Nasional, dengan didampingi oleh Ibu Heni Jusuf, S. Kom, M. Kom bertandang ke @ America, Pacifik Place Jakarta Selatan. Kedatangan delegasi FTS kali ini adalah dalam rangka menghadiri diskusi yang diselenggarakan oleh Indonesia’s Hidden Figures. Perlu diketahui Indonesia’s Hidden Figures sendiri adalah sebuah forum diskusi yang mengundang narasumber – narasumber perempuan Indonesia yang menginspirasi dibidang Sains, Teknologi, Engineering dan Matematika ( STEM).
Acara yang di moderatori oleh Firly Safitri selaku ilmuwan muda Indonesia ini turut mengundang narasumber profesional diantaranya, Prof. Dr. dr. Pratiwi Pujilestari Sudarmono, Ph.D, Sp.MK (Astronot pertama di Indonesia, Astronot perempuan pertama di ASIA, dan Profesor mikrobiologi di Universitas Indonesia, Jakarta) dan Dr. Fenny M, Dwivany (dikenal dengan Banana Lady, karena perjuangannya dalam meneliti buah pisang. Dosen biologi ITB).
Dalam acara yang dihadiri oleh mahasiswa dari Universitas Nasional dan Institut Pertanian Bogor serta para pelajar dari Sekolah Aljabar, Prof. Dr.dr. Pratiwi Lestari memberikan gambaran tentang bagaimana kualitas dan kuantitas ilmuwan atau doktor yang ada di Indonesia. Kuntitas ilmuwan dan doktor yanga ada saat ini tuturnya, berada pada kondisi yang sangat memprihatinkan pasalnya dari ratusan juta jiwa rakyat Indonesia hanya terdapat 30.000 Doktor dan itupun 80% nya adalah Doktor di bidang hukum, ekonomi, dan Ilmu Agama, sedangkan di bidang Sains hanya 20% nya saja. Artinya Literasi Sains di Indonesia benar-benar sangat minim sekali ungkapnya, Jumat ( 6/10).
Atas dasar keprihatinan itulah ibu satu anak inipun memutuskan untuk menjadi seorang astronot wanita pertama di Indonesia. Indonesia ungkapnya, harus mampu membuktikan kepada dunia bahwa dengan kualitas SDA dan SDM yang dimiliki kita sesungguhnya telah mampu memberikan sumbangsih keilmuwan yang besar bagi dunia teknik dan sains seperti halnya astronomi dan perbintangan.
Ditanya perihal bagaimana ia bisa menjadi seorang astronot wanita pertama di Indonesia, dengan antusias perempuan jebolan Universitas Indonesia inipun mencoba menjelaskan perjuanganya dalam bingkai psikologis, ia menuturkan bagaimana ia yang juga seorang ibu merasa berat meninggalkan keluarga tercinta demi untuk terbang keluar angkasa dengan bergabung bersama NASA.
“Saya perempuan, pada saat saya melamar menjadi astronot saya sudah punya anak, saya sudah jadi Doktor, saya mempunyai posisi yang bagus, dan saya juga berpikir kalau saya ke luar angkasa bisa jadi tak akan bisa kembali pulang. Berbagai hal memang menakutkan, banyak hal yang membuat kita tidak mampu atau tidak percaya diri, namun perasaan seperti ini tidak boleh dipelihara, saya harus melatih diri saya sendiri untuk mengatakan bahwa saya bisa”, tuturnya di pusat kebudayaan Amerika Serikat, Senayan Jaksel.
Acara kali ini ditutup dengan nonton bareng film yang mengisahkan tentang perjuangan tiga orang perempuan ahli matematika yang bekerja untuk NASA. Dimana mereka berhasil memperhitungkan dengan tepat kalkulasi jarak dan waktu, sehingga astronot berhasil berada di orbit tepat sesuai perkiraan, dan mengantar kembali astronot kembali ke bumi. Dapat dikatakan tanpa perhitungan dari mereka, astronot tidak bisa berada di orbit. Film dengan judul “ Hidden Figures “ ini nyatanya mampu membangkitkan semangat para peserta untuk terus mempelajari ilmu tentang astronomi.
Bagikan :