JAKARTA (UNAS) – Upaya penelitian dan perlindungan orangutan serta biodiversitas di wilayah hutan Tuanan, Kapuas, Kalimantan Tengah menjadi salah satu bentuk kepedulian Fakultas Biologi Universitas Nasional (UNAS) dalam meningkatkan taraf keanekaragaman hayati. Melalui Stasiun Penelitian Tuanan yang sudah 15 tahun berdiri, Fakultas Biologi UNAS telah banyak menghasilkan penelitian sebagai dasar pengelolaan konservasi orangutan dan habitatnya.
Direktur Pusat Riset Primata (PRP) UNAS, Sri Suci Utami Atmoko mengatakan bahwa selain kegiatan penelitian, juga terdapat kegiatan pendidikan lingkungan yang bertujuan untuk meningkatkan kepedulian masyarakat sekitar, khususnya kepada pelajar terhadap lingkungan hidup dan keanekaragaman hayati disekitarnya.
“Kegiatan penelitian jangka panjang harus dan tetap perlu dilakukan dalam waktu yang terus menerus untuk mendapatkan hasil dan informasi yang lebih baik dan akurat. Fakultas Biologi UNAS bersama dengan seluruh pihak terkait akan terus melakukan dan melanjutkan upaya penelitian dan perlindungan orangutan secara bersama-sama guna meningkatkan kepedulian dan kualitas pendidikan masyarakat di sekitar Kawasan Stasiun Penelitian Orangutan Tuanan,” imbuhnya dalam seminar Perayaan Simposium 15 Tahun Kerjasama Riset Orangutan di Stasiun Penelitian Tuanan, yang diselenggarakan oleh PRP Fakultas Biologi UNAS pada Rabu (25/7) di Aula UNAS.
Suci menambahkan, hutan Tuanan merupakan habitat dengan populasi orangutan terbesar ketiga diseluruh wilayah Kalimantan. Hal ini menunjukkan bahwa Tuanan merupakan kawasan yang sangat penting untuk perlindungan biodiversitas dan hutan rawa gambut. Selain itu, melalui keberadaan kegiatan penelitian jangka panjang di Tuanan, telah terekam bagaimana reforestasi alami terjadi di hutan rawa gambut dan bagaimana orangutan berperan dalam peningkatan kualitas habitat tersebut.
Sementara itu, sebanyak 78% persen sebaran populasi orangutan Kalimantan berada di luar Kawasan Konservasi. Berbeda dengan Pusat Penelitian lainnya yang berada di dalam Kawasan Konservasi seperti Taman Nasional, Tuanan merupakan bagian dari kawasan sebaran orangutan kalimantan di luar Kawasan Konservasi.
”Lima belas tahun adalah waktu yang singkat untuk mengungkap perilaku orangutan seperti life history, ekologi adaptasi, nutrisi dan kesehatan jangka panjang orangutan, biodiversitas endemik, dan kekayaan budaya masyarakat Dayak di kawasan hutan Tuanan yang merupakan hutan rawa gambut ex-PLG di provinsi Kalimantan Tengah, yang saat ini berstatus Hutan Lindung dibawah Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung Model Kapuas-Kahayan,” ujar Nominator Indianapolis Prize 2017 itu.
Stasiun Penelitian Tuanan merupakan stasiun Penelitian yang dikelola oleh Yayasan Borneo Orangutan Survival Foundation (BOSF) melalui Program Konservasi Mawas (BOSF-Mawas) bersama UNAS, Zurich University dan Rutgers University. Sejak berdiri pada 2003, stasiun Penelitian Tuanan telah banyak membantu pengembangan ilmu pengetahuan dan pendidikan generasi muda konservasi baik nasional dan internasional.
“Hingga saat ini, telah lebih 100 mahasiswa S1, S2 dan S3 dan peneliti yang berpartisipasi dan berkontribusi di stasiun penelitian Tuanan yang berasal dari berbagai negara seperti Indonesia diantaranya UNAS, Universitas Palangka Raya, dan UIN Syarief Hidayatullah. Sementara dari luar negeri seperti Swiss, Amerika Serikat, Belanda, Inggris, Perancis, dan yang lainnya,” tutup Suci.
Selain menghasilkan skripsi, tesis dan disertasi, hasil penelitian juga dipublikasikan dalam jurnal nasional dan internasional bereputasi. Selain itu disampaikan juga pada forum ilmiah berupa Simposium, Seminar dan Workshop berskala nasional maupun internasional. Hasil-hasil penelitian juga dimanfaatkan untuk menyusun kebijakan strategis dalam upaya konservasi orangutan dan keanekaragaman hayati.