1. Aturan yang menahan cara online akan hancur
Selama ini, masih ada beberapa aturan yang mencegah beberapa prosedur dan mekanisme dalam bidang kehidupan masyarakat, supaya tidak dilakukan online. Misalnya saja beberapa jenis tagihan bulanan, aturan birokrasi dan lain-lain.
Namun menurut pimred majalah Reason, Katherine Mangu-Ward, wabah corona mau tidak mau membuat orang beralih semua ke online. Aturan-aturan birokrasi yang selama ini meminta tatap muka antara masyarakat dan pemerintah atau pihak tertentu, tidak bisa dipertahankan lagi.
Salah satunya adalah sekolah. Homeschooling dan e-learning selama ini terbentur masalah birokrasi. Dengan wabah virus corona, tidak ada alasan lagi untuk menahan pendidikan jarak jauh. Sejumlah layanan publik dari pemerintah juga akhirnya dibuat online sepenuhnya di beberapa negara.
2. Kehidupan digital menjadi lebih sehat
Profesor Sherry Turkle dari MIT Amerika Serikat dan pengarang Reclaiming Conversation: The Power of Talk in a Digital Age membuat analisa bahwa pandemi COVID-19 membuat kehidupan digital akan menjadi lebih sehat.
Orang-orang yang menghabiskan waktu dengan gawainya, mulai berpikir untuk mencari manfaat lebih baik. Beberapa contohnya pemain cello Yo-Yo Ma membuat postingan konser harian untuk netizen. Penyanyi Broadway Laura Benanti meminta penampil musik di sekolah yang batal tampil, mengirimkan pertunjukannya kepada dirinya.
Banyak pakar yoga memberikan kelas online gratis dan hal sejenisnya. Jika ini dilanjutkan menurut Sherry Turkle, maka manusia akan mewariskan kebiasaan baru yang positif.
https://inet.detik.com/