Jakarta – Peneliti Perkumpulan Untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem) Fadhli Ramadhani menilai tingkat partisipasi dalam Pilkada Serentak 2020 sulit meningkat. Tak lepas dari pelaksanaan yang dilakukan di tengah pandemi virus corona (Covid-19).
“Sulit berharap adanya partisipasi Pilkada yang meningkat. Apalagi angka infeksi covid makin meningkat secara nasional,” kata Fadli saat dihubungi CNNIndonesia.com, Jumat (10/7).
Diketahui pada Pemilu 2019 lalu, KPU menyatakan tingkat partisipasi mencapai 81,97 persen. Pada Pilkada 2018, tingkat partisipasi 73,24 persen. KPU memasang target partisipasi Pilkada Serentak 2020 sebesar 77,5 persen atau lebih tinggi dari Pilkada 2018.
Apabila tingkat partisipasi diharapkan naik pada Pilkada Serentak 2020, Fadli ragu akan hal itu. Tentu karena dampak virus corona yang masih membungkus benak masyarakat sehingga mempengaruhi iktikad untuk menyalurkan hak suara.
Fadli melihat pelaksanaan Pilkada Serentak 2020 di 270 daerah cenderung dipaksakan. Dia menyarankan pemerintah agar pilkada tidak dihelat di 270 daerah.
Menurutnya, penyelenggara Pemilu perlu mempertimbangkan penyelenggaraan Pilkada berdasar pada zonasi sebaran Covid-19. Tidak dihelat di 270 daerah secara bersamaan tanpa melihat epidemiologi.
“Perlu asessment yang spesifik terkait dengan sebaran daerah Pilkada tentang kasus Covid-19,” kata dia.
Bagikan :