Jakarta (UNAS) – Pariwisata menjadi salah satu sektor yang terdampak akibat Covid-19. Semenjak merebaknya pandemi, kedatangan wisatawan mengalami penurunan secara drastis sehingga berimbas kepada pelaku dan pegiat pariwisata.
Saat ini, Indonesia telah memasuki era new normal dimana masyarakat diharuskan menerapkan protokol kesehatan yang ketat. Sektor pariwisata pun telah dibuka untuk umum namun harus menerapkan standar kesehatan yang sudah ditetapkan pemerintah.
Dengan diterapkannya protokol kesehatan yang ketat, wisatawan tidak bisa berwisata secara berkelompok. Sehingga tempat wisata yang menyediakan konsep ketenangan dan keselamatan menjadi hal yang akan diminati oleh wisatawan.
“Keinginan berwisata saat ini, lebih kepada pengalaman baru seperti desa. Dan desa wisata adalah hal yang baru yang sangat berpotensi menjadi tren wisata ditengah pandemi karena disitu wisatawan bisa menemukan ketenangan,” ujar Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Nasional Dr. Eddy Guridno, S.E., M.Si.M. dalam Webinar Series 3 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Nasional “Pengembangan Destinasi Pariwisata Pasca Pandemi Covid-19”, di Jakarta, pada Jumat, (21/8).
Menurutnya, tren berwisata telah mengalami pergeseran di tengah pandemi Covid-19 yakni lebih mengutamakan keamanan dan kesehatan, perjalanan individu atau keluarga. “Premium tourism, pengalaman baru ketenangan pribadi, dan berorientasi protokol kesehatan pariwisata menjadi keinginan wisatawan saat ini,”ucapnya.
Oleh karena itu, kata Eddy, kondisi seperti ini perlu dicermati oleh para stakeholder dan pelaku usaha wisata agar wisatawan datang ke Indonesia. “Perilaku wisatawan kembali mengutamakan safety yang paling utama adalah pergeseran tren yang harus dipahami. kalau pelaku usaha mau mendapatkan konsumen maka perilaku tersebut harus kita pahami dan harus disikapi,” katanya.
Direktur Akademi Pariwisata Nasional ini juga menyebutkan statement kesehatan sangat penting dalam menarik minat wisatawan ke Indonesia. Hal tersebut, dapat memberikan kepercayaan kepada wisatawan tentang kondisi keselamatan dan kesehatan selama berwisata.
“Statement kesehatan adalah informasi yang sangat vital, ini adalah hal yang diminati walaupun kita sudah menerapkannya tapi perlu disebarluaskan. oleh karena itu, standar kesehatan sangat penting bukan hanya itu tapi juga sisi kesehatan lainnya seperti sanitasi,” ungkap Eddy.
Dalam kesempatan yang sama, Ketua Program Studi Pariwisata Universitas Nasional Rizki Nurul Nugraha, S.S.T.Par., M.M.Par. menyatakan di masa pandemi covid-19, peluang desa wisata sangat besar untuk dikunjungi wisatawan asing maupun domestik. Namun, menurut Rizki, desa wisata perlu dikembangkan lebih jauh serta dipromosikan dengan baik. Mengingat desa wisata di Indonesia belum banyak diketahui oleh wisatawan.
Ia juga menuturkan bahwa dalam pelayanan kepada wisatawan, desa wisata bisa memaksimalkan masyarakat lokal sehingga dapat meningkatkan pendapat asli daerah. “Didalam desa wisata dapat memaksimalkan pelayanan lokal dari masyarakat, tapi dengan kondisi seperti ini kita harus survive bagaimana pariwisata dapat meningkatkan pendapatan asli daerah” tuturnya.(*DMS)
Bagikan :