Jakarta (UNAS) – Dimasa pandemi covid-19, menjaga kekebalan tubuh atau imunitas adalah salah satu kunci agar tidak tertular virus yang melanda dunia dan Indonesia itu. disamping anjuran rajin mencuci tangan, memakai masker, dan menjaga jarak antar sesama, faktor kesehatan tubuh menjadi pertahanan terakhir dalam menjaga diri.
Salah satu cara untuk menjaga kekebalan tubuh agar tetap terjaga adalah dengan mengkonsumsi jamur yang dianggap dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Dosen Fakultas Biologi Universitas Nasional Dra. Noverita, M.Si. mengatakan terdapat beberapa jenis jamur yang telah dimanfaatkan untuk meningkatkan kekebalan tubuh.
“Banyak jenis jamur yang sudah dimanfaatkan saat ini untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh, diantaranya yang sudah dikenal adalah Jamur Reishi/ LinZhi/ Ganoderma Lucidum, Jamur Maitake/ Grifola Frondosa, Shiitake/ Lentinus Edodes, Jamur Enoki /Flammulina Velutipes, dan Cordyceps Sinensis,” ujar Noverita saat dihubungi melalui sambungan telpon, pada Jumat (29/5).
Menurut hasil penelitian, lanjut Noverita, sudah membuktikan bahwa beberapa jenis jamur tersebut dapat meningkatkan sistem daya tahan tubuh. Seperti jamur shitake yang mengandung komponen Eritadenine dan beta-glucan memiliki efek menurunkan kadar lemak dalam tubuh.
“Kandungan lainnya adalah vitamin A dan Vitamin E yang dapat membantu mengurangi jerawat dan masalah kulit lainnya, kemudian selenium berfungsi untuk membantu tubuh memproduksi glutathione peroxidase, enzim yang dapat memerangi peradangan, dan sebagai antioksidan pada tubuh sementara Kandungan zinc dalam jamur shiitake membantu memperkuat sistem kekebalan tubuh dan meningkatkan penyembuhan penyakit,” katanya.
Menurutnya, hal tersebut dibuktikan dengan satu penelitian yang mengamati aktivitas jamur shitake kering terhadap responden yang mengalami peradangan. Proses uji itu dilakukan selama satu bulan dengan melihat perkembangan peradangan.
“Jika dinyatakan sembuh, itu menandakan kekebalan tubuh responden tersebut telah meningkat,” ungkap Noverita.
Ia melanjutkan, pada umumnya jamur yang berpotensi obat memiliki tekstur tubuh buah yang liar dan keras, mampu bertahan hidup pada kondisi yang ekstrim (intensitas cahaya tinggi) dibandingkan jamur yang lainnya. “Contohnya Ganoderma Lucidum dan Lentinus Edodes, namun ada juga di antaranya yang memiliki tubuh buah lunak dan tidak bisa bertahan hidup pada kondisi ekstrim, seperti Flammulina Velutipes jenis-jenis tersebut banyak ditemukan di kawasan hutan di Indonesia,” tuturnya.
Ia juga menjelaskan terdapat beberapa tahap pengolahan yang harus dilakukan sebelum nantinya menjadi obat. “Tubuh buah jamur dipotong seukuran kubus 1 cm, lalu dijadikan bentuk tepung memakai mesin penepung. Selanjutnya, tepung disterilisasi dengan oven sehingga kadar airnya di bawah 4 persen supaya mikroba tidak bisa tumbuh. Kemudian tepung inilah yang diolah menjadi bentuk sirup, teh, dan kapsul,” katanya.
“Untuk olahan sirup, tepung jamur dilarutkan dengan air, kemudian dipanaskan pada suhu 50 derajat celcius. Kemudian, di proses sehingga terpisah sari dan ampasnya. Sari yang terkumpul kemudian dicampur dengan fruktosa, lalu dimasukkan ke dalam botol kaca berukuran 600 ml, dan dipasteurisasi supaya lebih awet,” jelasnya. (*DMS)
Bagikan :