Penyusunan ini juga didukung oleh sejumlah universitas seperti Uskudar University di Istanbul, the Qur’anic Botanic Garden and the College of Islamic Studies, Hamad Bin Khalifa University di Qatar dan Pusat Pengajian Islam Universitas Nasional (Unas) di Jakarta.
Dr. Iyad Abumoghli, penasihat kebijakan Badan PPB untuk program lingkungan (United Nations for Environment Programme-UNEP) mengatakan, umat manusia saat ini tengah menghadapi tantangan lingkungan yang luar biasa, yang tidak pernah dibayangkan sebelumnya, seperti krisis iklim, kerusakan dan penurunan fungsi ekosistem, polusi, dan energi.
Untuk mengatasi tantangan tersebut, kata Iyad, dibutuhkan komitmen yang lebih kuat dan lebih baru agar umat manusia bisa memperbaiki hubungan dengan alam dan lingkungan. Hal ini termasuk komitmen umat beragama yang telah memiliki nilai-nilai luhur sebagai wakil Tuhan di muka bumi.
“Piagam Mizan merupakan kontribusi umat Islam yang merupakan seperlima dari jumlah penduduk dunia, untuk memberikan perspektif mengenai prinsip keseimbangan yang dapat menjadi jalan keluar dan memitigasi berbagai tantangan lingkungan yang dihadapi saat ini” ujarnya dalam keterangan pada rilis, Kamis (3/12).
Mizan (Bahasa Arab) yang bermakna Keseimbangan, telah dijelaskan secara tegas di dalam Al-Qur’an bagaimana Tuhan Yang Maha Esa menciptakan segala sesuatu dengan keseimbangan.
Di dalam surah Ar-Rahman (55) Tuhan berfirman tentang (1) “Yang Maha Penyayang, (2) Mengajari Al-Qur’an, (3) Menciptakan Manusia ,(4) Mengajarinya Kefasihan, (5) Matahari dan bulan bergerak dengan perhitungan yang tepat, (6) dan bintang-bintang dan pohon-pohon bersujud, (7) dan langit yang Dia angkat dan memaksakan keseimbangan (Mizan), (8) Bahwa kamu tidak melanggar keseimbangan (Mizan), (9) dan membangun bobot dalam keadilan dan tidak membuat kekurangan keseimbangan (Mizan).
Menurut Dr. Fachruddin Mangunjaya, Ketua Pusat Pengajian Islam Unas, Piagam Mizan saat ini tengah disusun oleh sebuah tim inti yang mewakili organisasi-organisasi Islam global. Tim ini akan menyetujui proses, metodologi, bab, dan bagian yang berbeda. Draft ini kemudian akan dibagikan dan dikonsultasikan dalam beberapa bulan mendatang.
“Pembuatan piagam Mizan ini akan sangat menarik karena melibatkan para cendikiawan dan ulama dalam menggali berbagai perspektif Islam tentang lingkungan. Namun, akan lebih menarik untuk melihat bagaimana piagam ini akan diadopsi dan diterapkan di seluruh dunia untuk kepentingan umat manusia.” ujar Fachruddin.
Sebelumnya, pemimpin Katolik Dunia, Paus Fransiskus telah meluncurkan Laudato Si (Puji-pujian Bagi Mu) sebagai surat ensiklik yang menyoroti dan memetakan cara untuk Merawat Rumah Bersama kita. Ensiklik ini telah menginspirasi banyak orang, termasuk badan-badan internasional untuk mencari landasan moral yang tinggi untuk mempromosikan kebijakan mereka, dan menyebarkan inspirasi atas kegiatan dan Tindakan dalam menjaga bumi yang dilakukan umat kristiani dan pemeluk agama lainnya.
Beberapa lembaga dan pemimpin agama lain juga telah mengeluarkan deklarasi tentang perubahan iklim atau seruan untuk melakukan tindakan dalam menjaga keanekaragaman hayati, hutan tropis dan tantangan lingkungan lainnya.
Namun, ini semua sebatas posisi ekspresi dan solidaritas terhadap alam. Lebih dari itu, dunia juga membutuhkan upaya bersama yang memetakan jalan ke depan serta melibatkan umat beragama untuk melakukan tindakan nyata yang bermakna sebanding dengan Laudato Si.(*)