Jakarta (UNAS) – 28 April diperingati sebagai Hari Puisi Nasional di Indonesia setiap tahunnya sekaligus mengenang wafatnya penyair Angkatan 45 Chairil Anwar. Chairil Anwar lahir di Medan, 26 Juli 1922 dan meninggal di Jakarta pada 28 April 1949.
Terinspirasi oleh karya-karya Chairil Anwar dan Kahlil Gibran serta dukungan dari keluarga Sastra Inggris Fakultas Bahasa dan Sastra Universitas Nasional, mahasiswa Sastra Inggris berhasil merilis buku puisi pertamanya “Cahaya yang Menyala untuk Semua Mata” ialah Nusantara Aditya. Mengapresiasi teman sejawatnya, Himpunan Mahasiswa Sastra Inggris (HIMASASING) menggelar kegiatan diskusi dan bedah buku pada Rabu (28/4).
Dalam paparannya, Nusantara Aditya menjelaskan bahwa buku tersebut terinspirasi dari penyair Chairil Anwar. “Awalnya berangkat dari kegemaran menulis dan membaca ketika saya usia 16 tahun, karena saya termasuk orang yang cuek dalam menulis jadi karya saya tidak tersimpan dengan rapi, dalam menulis buku Cahaya Yang Menyala Untuk Semua Mata terinspirasi dari kehidupan dan makna kehidupan itu sendiri dan dari kumpulan buku Chairil Anwar”, jelas Adit.
Ia menambahkan, meski generasi sekarang sudah susah untuk membaca tapi ia akan terus menulis, “menulis saya anggap sebagai mesin waktu, dimana saya bisa merekam berbagai momen dan bisa mengunjunginya kembali dan saya akan tetap menulis walaupun nanti tidak ada pembaca sekalipun,” ujarnya.
Kegiatan bedah buku menghadirkan senior dalam penulis puisi Heru Joni Putra, Peraih penghargaan Tokoh Seni Majalah Tempo 2017 dan Badrul Munir Chair Penulis Buku Puisi “Dunia yang kita Kenal”.
Disisi lain, Heru Joni Putra dalam kegiatan diskusi dan bedah buku memaparkan bahwa buku puisi karya Nusantara Aditya ini berisi beragam tema dan budaya yang luas, “ragam tema dan budaya dalam buku ini luas, ketika akan memasuki buku puisi ini kesan pertama yang saya dapatkan adalah semesta yang luas, buku ini membahas banyak sekali hal, mulai dari kehidupan mahasiswa, semangat zaman, kesadaran atas dunia, hingga penulisan ulang dongeng buku ini juga merupakan suara dari generasinya yang tidak banyak saya temukan,” jelasnya Heru.
Dalam sambutannya, Ketua Program Studi Sastra Inggris Siti Tuti Alawiyah, S.S., M.Hum berharap kegiatan diskusi dan bedah buku bisa memicu semangat mahasiswa Sastra Inggris dalam berkarya. “Saya harap dengan adanya kegiatan ini bisa memicu semangat mahasiswa Sastra Inggris dalam berkarya dan bisa mengikuti jejak Adit,” tutupnya.
Suara Kematian
Gagak terbang diatas kepala
Membawa surat perintah dari gerbang neraka
Aku menunggu Tuhan pada hari-hari lain
Cahaya paling terang
Di hari yang tergelap
Teman terdekatku adalah kematian
Ia selalu menatapku
Dan yang dapat aku lakukan adalah membalas tatapannya
Menatap kedalam mata kematian
Yang serupa lubang yang dalam yang kelam
Aku membaca penantian dalam matanya
Aku membaca kepastian dalam kematian
Kehidupan berhenti persis saat ini
Takdir menjelma menjadi kata- kata terakhir pada detik terakhir
Dunia melupakanku, dan aku melupakan dunia
Kematian tersenyum pada ku
dan yang dapat aku lakukan adalah membalas senyumannya.
Karya Nusantara Aditya dalam buku Cahaya Yang Menyala Untuk Semua Mata (*TIN)
Bagikan :