Jakarta (UNAS) – Program Studi Hubungan Internasional (Prodi HI) Universitas Nasional (UNAS) melakukan Seminar Internasional dan Kerjasama dengan Asosiasi Ilmu Hubungan Internasional Indonesia (AIHII). Seminar internasional tersebut mengangkat tema Change and Continuity in Indonesian Foreign Policy. Kegiatan ini dilakukan secara onsite dan zoom meeting, Selasa, (25/6).
Kegiatan ini dihadiri oleh Dosen Hubungan Internasional UNAS Dr. Irma Indrayani, S.I.P., M.Si., Ketua Program Studi Hubungan Internasional Harry Darmawan, S.Hum., M.Si., Kepala Bagian Administrasi Kerjasama Akademik Dela Anjelawati, S.I.Kom., M.A., Dosen Universitas Ankara Dr.Tufan Kutay Boran, Faisal Nurdin Idris, M.Sc., Ph.D selaku Moderator dan Dr. Agus Haryanto. S.I.P., M.Si selaku Ketua AIHII, serta tamu VIP sebanyak 10 (sepuluh) mahasiswa Hubungan Internasional UNAS.
Dalam sambutannya melalui zoom meeting, Dr. Agus Haryanto. S.I.P., M.Si., selaku Ketua AIHII mengucapkan selamat datang kepada para hadirin yang telah menyempatkan waktunya dalam Seminar Internasional. Kegiatan ini bertujuan untuk mengidentifikasi aktor-aktor domestik utama yang berperan dalam kebijakan luar negeri Indonesia dan menganalisis peran serta pengaruh dalam proses perumusan dan pelaksanaan kebijakan tersebut serta sebagai wadah guna memberikan pandangan dan wawasan tentang strategi dinamika kebijakan luar negeri Indonesia antar akademisi perguruan tinggi anggota AIHII.
Ia melanjutkan, sebagai akademisi dan praktisi dalam bidang hubungan internasional, kita memiliki tanggung jawab besar untuk menganalisis, memahami, dan memberikan kontribusi nyata dalam pembentukan kebijakan luar negeri yang efektif. “Melalui seminar ini, saya berharap para hadirin yang hadir dalam kegiatan ini dapat menggali berbagai perspektif dan mendiskusikan strategi yang dapat diimplementasikan,” ucapnya.
Selain itu, Faisal Nurdin Idris, M.Sc., Ph.D., selaku Moderator memimpin diskusi dalam seminar yang terbagi menjadi 2 sesi. Untuk sesi utama, tajuk yang akan dibahas oleh Dr.Tufan Kutay Boran selaku pembicara ialah aktor domestic dan partisipasinya.
Dr.Tufan Kutay Boran mengatakan bahwa Indonesia dikenal sebagai Negara dengan populasi Muslim terbesar yang merupakan aset besar dan harus dikembangkan untuk mendukung kebijakan luar negeri nasional. Setelah tahun 2004, Indonesia dinilai sebagai Negara dengan Islam moderat. “Aktor-aktor domestik dapat memiliki dua kemungkinan diantaranya mendukung Negara dari sisi positifnya dan bentuk dari kekurangannya adalah beban bagi Negara,” tuturnya.
Ia melanjutkan, dalam konteks yang terus berubah ini, aktor-aktor domestik termasuk pemerintah, parlemen, partai politik, lembaga swadaya masyarakat (LSM), media, dan masyarakat sipil memainkan peran krusial dalam proses perumusan dan pelaksanaan kebijakan luar negeri. Oleh karena itu, Seminar Internasional bertema Aktor Domestik dan Partisipasinya di Kebijakan Luar Negeri Indonesia akan diadakan untuk mengidentifikasi dan menganalisis peran serta pengaruh berbagai faktor domestik dalam kebijakan luar negeri Indonesia.
Selanjutnya, untuk sesi kedua, tajuk yang dibahas oleh Dr. Irma Indrayani, S.I.P., M.Si., selaku pembicara ialah pengaruh asing dalam perumusan kebijakan. Ia menjelaskan bahwa pada masa Orde Baru merujuk pada teori Otonomi Elit dari Liddle, adalah_personalized goverment; persepsi, kepentingan dan strategi dari aktor kunci menjadi faktor utama, contoh : pengembangan industri strategis. Kemudian, 15 Januari Indonesia menandatangani LOI dengan IMF yang menjadi tanda perubahan dari personalize govern menjadi reformasi dengan semakin kompleksnya jumlah aktor (elit) yang terlibat dan kepentingan yang menyertainya dalam proses pembuatan kebijakan.
Sebelum kegiatan ditutup, diadakan sesi tanya jawab, penyerahan souvenir dan sertifikat UNAS serta foto bersama dan ditutup pukul 16.00 oleh MC. (SAF)
Bagikan :