Jakarta (UNAS) – Dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan tinggi, Badan Penjaminan Mutu (BPM) Universitas Nasional (UNAS) menggelar workshop aplikasi Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) pada Rabu, 7 Agustus 2024, di Ruang Rapat Cyber UNAS. Workshop ini diadakan sebagai tindak lanjut dari Permendikbudristek No. 53 Tahun 2023, yang menekankan pentingnya penerapan SPMI secara sistematis dan terorganisir untuk meningkatkan mutu pendidikan tinggi.
Acara ini dihadiri oleh Kepala LLDIKTI Wilayah III Prof. Dr. Toni Toharudin, S.Si., M.Sc., Narasumber/Fasilitator Nasional LLDIKTI Wilayah III Dr. Magdalena Surjaningsih Halim, M.Psi., serta sejumlah pejabat dari BPM UNAS, termasuk Kepala BPM UNAS Dr. Muhani, S.E., M.Si.M.
Dalam sambutannya, Dr. Muhani menekankan bahwa workshop semacam ini akan dilakukan secara rutin mengingat perubahan aturan penjaminan mutu yang terus terjadi, terutama yang terkait dengan akreditasi. “Kami terus mencoba menyinkronkan SPMI dan SPME agar evaluasi mutu dapat dimonitoring dengan baik, terutama untuk keperluan akreditasi perguruan tinggi,” ujarnya.
Muhani juga mengakui adanya tantangan dalam sinkronisasi aturan baru dengan jadwal akademik di program studi masing-masing. “Perubahan ini harus cepat diimplementasikan, tetapi juga harus diterapkan dengan perhitungan waktu yang tepat antara perumusannya, sosialisasi, dan evaluasi,” tambahnya. Workshop ini menjadi platform bagi UNAS untuk berkonsultasi dan berdiskusi terkait bagaimana mensiasati perubahan-perubahan yang ada dalam proses penjaminan mutu.
Dorong akreditasi Internasional
Dalam kesempatan yang sama, Kepala LLDIKTI Wilayah III Prof. Dr. Toni Toharudin, S.Si., M.Sc. menyoroti berbagai perguruan tinggi yang sudah terakreditasi unggul untuk didorong menuju akreditasi internasional. Ia menyampaikan, pihaknya akan memfasilitasi dengan pakar dari luar negeri untuk membimbing perguruan tinggi untuk bisa mendapat akreditasi internasional.
“Dan saya kira setiap perguruan tinggi yang unggul itu sudah punya bahan-bahan yang bisa disiapkan untuk proses menuju world university,” ujarnya.
Persiapan yang tidak kalah penting, kata Prof. Toni, adalah kesiapan finansial perguruan tinggi yang biayanya cukup mahal. “Tapi harus kita lakukan agar pengakuan perguruan tinggi ini semakin baik,” ucapnya. (*DMS)
Bagikan :