JAKARTA (UNAS) – Melengkapi kerja sama internasional yang sudah terjalin selama ini dengan berbagai universitas di luar negeri, tahun ini Universitas Nasional (UNAS) menandatangani nota kesepahaman dengan Hankuk University Of Foreign Studies Korea untuk mendirikan Cyber University di Indonesia.
‘’Kami menyadari bahwa masih banyak putra-putri bangsa yang belum bisa mengakses pendidikan tinggi. Dengan Cyber University (Perguruan Tinggi Digital) ini diharapkan dapat memberikan kesempatan kepada banyak anak bangsa di manapun mereka berada untuk bisa mengenyam pendidikan tinggi dengan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi yang kini semakin canggih,’’ tutur El Amry, seusai peresmian gedung Menara UNAS 1 dan 2, Pengukuhan Guru Besar dan Penandatangan MoU dengan Korea Selatan, Sabtu (11/2).
Hankuk University Of Foreign Studies Korea itu merupakan universitas nomor satu di Korea dalam pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi di bidang pendidikan. UNAS merasa bangga dan berterima kasih atas kerjasama ini mengingat sebelum memutuskan bekerjasama dengan UNAS, Hankuk University Of Foreign Studies Korea telah menjajaki kerjasama dengan banyak perguruan tinggi negeri dan swasta namun akhirnya pilihan itu jatuh pada Universitas Nasional.
Meskipun demikian, lanjut El Amry, pihaknya menyadari bahwa proses perizinan untuk mendirikan universitas sejenis ini tidak sederhana dan akan memakan waktu yang cukup lama. Oleh karena itu Universitas Nasional dan Hankuk University Of Foreign Studies Korea bersepakat untuk memulai kerjasama ini di bidang pelatihan tenaga kerja dan bimbingan belajar.
Untuk maksud tersebut Yayasan Memajukan Ilmu dan Kebudayaan bersama pihak Yayasan Hankuk (Dongwon Foundation) bersepakat untuk mendirikan Badan Usaha yang kami beri nama PT. CYBER EDU INKOR. Pada kesempatan peresmian gedung ini pula akan ditanda tangani Kerja sama antara kedua belah pihak tersebut.
Terkait dengan Cyber Learning, Sekretaris Jenderal Kementrian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (KEMENRISTEK DIKTI), Prof. Ainun Na’im mengatakan, pembelajaran berbasis online memang sudah diterapkan oleh beberapa universitas di Indonesia. Namun, cyber university merupakan hal yang baru di negara ini. Ia menambahkan, meskipun mengikuti perkembangan teknologi, metode cyber ini tidak lantas menggantikan pertemuan tatap muka dengan dosen.
”Cyber Learning ini hendaknya hanya sebagai alat untuk meningkatkan kualitas pengajaran, bukan menggantikan seluruhnya. Karena pertemuan dengan dosen itu masih perlu dilakukan dan kita perlu membuat standar kelulusan dari program cyber ini,” ujar Na’im dalam kesempatan yang sama.
Bagikan :