JAKARTA – Tidak mudah membangun kesadaran dan menciptakan rasa cinta terhadap puspa dan satwa agar melestarikan keanekaragaman hayati. Bentuk keperdulian dan kepekaan masyarakat mengenai kondisi puspa dan satwa sangat dibutuhkan bagi keberlangsungan hidup yang harmonis. Manusia, flora dan fauna merupakan satu kesatuan yang penting dan saling terkait dalam pemenuhan kebutuhan hidup.
Dalam rangka membangun keperdulian tersebut, bertepatan dengan Hari Cinta Puspa dan Satwa Nasional (HCPSN) ke 24 tahun, Fakultas Biologi Universitas Nasional (UNAS) melangsungkan seminar treasure, Sabtu (4/11). Mengusung tema ‘Keindahan Tersembunyi Dibalik Hutan Beton’, kegiatan ini diikuti oleh 74 peserta yang terdiri dari pelajar Sekolah Menengah Atas (SMA), mahasiswa, dan umum.
“Indonesia merupakan negara yang memiliki keanekaragaman hayati yang indah, sayang bagi kita jika tidak melestarikannya. Untuk itu, mari buka pikiran dan wawasan kita mengenai peran dari keanekaragaman hayati itu sendiri, bahwasannya masih banyak puspa dan satwa kita yang patut kita lindungi,” ujar Dekan Fakultas Biologi, Drs. Imran Said Lumban Tobing, M.Si. dalam sambutannya.
Ia berharap, kegiatan ini dapat menambah wawasan yang lebih terhadap puspa dan satwa. Manusia tidak hanya sebatas cinta saja tetapi juga dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. “Mereka semua juga berhak untuk hidup, bukan saja hanya kita manusia,” tutup Imran.
Fauzan Cholifatullah selaku ketua pelaksana dalam kegiatan ini menuturkan bahwa dengan menyabut hari puspa dan satwa nasional, ia berharap seluruh peserta seminar nantinya dapat mengenal kekayaan dan keanekaragaman hayati di Jakarta sebagai harta karun dunia. Selain itu, para peserta juga dapat meningkatkan keperdulian mereka terhadap upaya pelestarian puspa dan satwa. “Semoga setelah terselenggaranya ini, mereka dapat menerapkan ilmu yang didapatkan dalam kehidupan sehari-hari,” tutur pria semester 5 program studi biologi ini.
Kegiatan yang berlangsung di Aula Blok 1 Lantai 4 ini mendatangkan alumni Fakultas Biologi UNAS sebagai pembicara dalam talkshow diantaranya Fransiska Noni, M.Si., Evasari Rukmana, S.Si., dan Afifi Rahmadetiassani, S.Si. Mereka memaparkan mengenai ruang terbuka hijau di Jakarta, monyet-monyet urban di Jakarta, dan burung-burung di tengah kota Jakarta.
“Kondisi puspa dan satwa di Jakarta sendiri sangat memprihatinkan, sebenarnya banyak puspa dan satwa di Jakarta yang seharusnya kita lindungi dan pertahankan. Memang semuanya balik pada diri kita sendiri, kita sendiri yang harus mencari tahu bagaimana untuk menanggapi dan mencari jalan keluar dalam upaya penyelamatan tersebut. Setelah itu, kita bisa melakukan sosialisasi kepada masyarakat, agar mereka tau apa saja yang boleh dan tidak boleh dilakukan terhadap puspa satwa kita,” ujar Evasari Rukmana saat ditemui usai acara.
Perempuan yang sedang melanjutkan studi S2 nya di Biologi UNAS itu menambahkan, berkurangnya keperdulian terhadap puspa dan satwa disebabkan oleh minimnya pengetahuan mengenai pelestarian puspa dan satwa. Salah satu cara untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan edukasi.
“Kita mulai dari anak taman kanak-kanak atau sekolah dasar, mereka pasti senang dengan hal-hal tersebut. Kita harus melakukan edukasi kepada mereka karena kedepannya merekalah yang meneruskan. Mereka patut tahu, bahwa baik hewan maupun tumbuhan yang ada disekitar kita berhak untuk hidup dan merupakan satu kesatuan yang saling terkait,” imbuhnya.
Perempuan yang hobi travelling itu berharap, para peserta dalam kegiatan ini dapat menyampaikan kembali ilmu yang diperoleh kepada teman, keluarga, maupun masyarakat. Ia berpesan kepada seluruh mahasiswa biologi UNAS bahwa untuk menjadi seorang peneliti bukanlah hal yang mudah, salah satu kuncinya adalah tekun, “Lakukanlah apa yang sesuai dengan jalur kalian, apa yang kalian pilih silahkan tekuni,” tutup Eva.
Bagikan :