Jakarta (Unas) – Program Studi Ilmu Politik Sekolah Pascasarjana Universitas Nasional ( SPs Unas) gelar webinar internasional bahas dan mengupas perkembangan Hubungan Diplomatik Indonesia-Kuba. Sebelumnya, kedua negara itu telah merayakan 62 tahun peringatan hubungan diplomatik pada 22 Januari 2022. Dalam kurun waktu tersebut, Indonesia dan Kuba memiliki hubungan yang baik dan tercermin dalam beberapa kerja sama di sejumlah bidang.
Hadir sebagai narasumber, Duta Besar Republik Indonesia untuk Kuba, Nana Yuliana, Ph.D., mengatakan, kerja sama tersebut dituangkan dalam bidang politik dimana kedua negara selalu saling mendukung dalam forum internasional, finalisasi persetujuan bebas visa bagi pemegang paspor diplomatic dan dinas, serta dukungan penghapusan embargo ekonomi, perdagangan dan keuangan oleh Amerika Serikat.
“Kerja sama juga dilakukan dalam bidang ekonomi yakni promosi perdagangan, pariwisata, dan investasi, business forum, juga pameran budaya pariwisata. Sementara itu, dalam bidang sosial budaya Indonesia dan Kuba telah melakukan MoU kerja sama olahraga, MoU kerja sama antar Universitas dan pemberian beasiswa, serta pemberian capacity building di berbagai bidang unggulan Indonesia seperti pertanian dan pendidikan,” tuturnya dalam webinar.
Ia melanjutkan, dalam kerja sama ini Indonesia juga melakukan ekspor produk ke Kuba berupa kertas, sabun, minyak hewan dan nabati, barang pecah belah, perabot, suku cadang kendaraan, kayu, alas kaki, aksesoris pakaian, produk kimia, produk tembakau, ikan, peralatan elektronik, berbagai macam kain, dan lain sebagainya.
Nana juga menuturkan, hubungan diplomatik Indonesia dan Kuba sebelumnya dimulai pada tanggal 22 Januari 1960. Kedekatan hubungan bilateral ditandai dengan kunjungan Presiden Soekarno ke Kuba pada bulan Mei 1960. Presiden Abdurrahman Wahid dan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono juga pernah mengunjungi Kuba dalam rangka pertemuan KTT Selatan-Selatan pada tahun 2000 dan KTT GNB pada tahun 2006.
“Selama kurun 62 tahun menjalin kerja sama, kedua negara juga terus menunjukkan perkembangan yang positif dan pemerintah Kuba hingga saat ini masih tetap dengan komitmennya mendukungg keutuhan NKRI. Kuba juga menjadikan Indonesia sebagai salah satu mitra utama dalam penggalangan sikap bersama untuk memperjuangkan kepentingan negara-negara Dunia Ketiga,” jelasnya.
Dalam kesempatan yang sama, Ketua Pembina Yayasan Memajukan Ilmu dan Kebudayaan (YMIK), Mohammad Noer, M.A mengatakan, hubungan bilateral diantara Indonesia dan Kuba didasarkan adanya keterikatan emosional atas pengakuan Indonesia terhadap Kuba pasca revolusi Kuba dengan kunjungan Presiden Soekarno ke Kuba sebagai kepala negara pertama di dunia.
“Pasca kunjungan tersebut, Indonesia dan Kuba mulai saling berkunjung satu sama lain dan mempererat hubungan keduanya diberbagai bidang,” imbuhnya dalam sambutan.
Sementara itu, Dr. Firdaus Syam, M.A., mengatakan, hubungan diplomatik Indonesia dan Kuba perlu dijadikan wawasan bagi masyarakat Indonesia karena kerja sama ini merupakan bagian dari revolusi panjang dari negara Indonesia.
“Mari kita mengenal hubungan Indonesia dan Kuba lebih jauh, sehingga kita bisa melihat potensi-potensi kerja sama lainnya yang bisa dijadikan penelitian agar meningkatkan persahabatan Indonesia dan Kuba dalam ilmu dan kebudayaan,” katanya. (NIS)
Bagikan :