Jakarta (UNAS) – Para pemikir tentang teori Migrasi Internasional berusaha untuk menjelaskan alasan-alasan yang mendasari seseorang untuk bermigrasi. Mengamati dampak yang diberikan oleh diaspora yang bermigrasi, Fakultas Bahasa dan Sastra Universitas Nasional menggelar Seminar Internasional dengan tema “ Migration: Language, Literature, and Cultural Perspectives ” ,pada Selasa (2/11).
Menurut Dekan Fakultas Bahasa dan Sastra Drs Somadi Sosrohadi, M.Pd., tema ini seminar ini sangat relevan dengan pemikiran Sutan Taktir Alisabana baik topik maupun situasinya. “ Kami mengenang ketika Beliau menyampaikan kuliahnya. Dia nyatakan “ Saudara-saudara, pada abad modern akan terjadi kemajuan teknologi, dan didiciptakan mesin terbang ”, dunia akan menyatu, tidak ada lagi batas wilayah komunikasi, perpindahan barang dan manusia terus terjadi, ” terangnya.
Sementara itu, dalam sambutannya Rektor Universitas Nasional Dr. El Amry Bermawi Putera, M.A., mengatakan bahwa sudah bertahun-tahun Universitas Nasional memegang buah pikir Sutan Takdir Alisabana tentang adanya bisnis global. “ Universitas Nasional masih memegang buah pikir Sutan Takdir Alisabana sebagai salah satu pendiri Universitas, seminar ini membahas tentang salah satu buah pikir yaitu adanya bisnis yang mengelobal dan itu berdampak pada presepsi Ini adalah tantangan yang harus di hadapi dalam lingkunagn bisnis global,” katanya.
Migrasi dan Peran Dispora Dalam Pergeseran Bahasa dan Budaya
Era globalisasi pada dewasa ini secara nyata telah berdampak luas bagi kehidupan sosial. Globalisasi telah membuat arus pertukaran atau perjalanan informasi, orang, barang, uang, teknologi, budaya, dan bahasa dari satu tempat ke tempat lain semakin cepat.
Hadir sebagai narasumber, Prof. Dr Harry Aveling- Prof. Of Literature nad Translation Studi Monash University menjelaskan hubungan migrasi dengan sastra adalah sebuah pengalaman manusia yang memilih untuk berpindah tempat. “ Kita bicara tentang migrasi dari segi politik, ekonomi, sosiologi, sastra apa hubunganya dengan migrasi. Penyair Amir Hamza adalah contoh penyair dalam sastra yang menuliskan pengalamannya bermigrasi,” jelas Harry dalam materi yang dimoderatori oleh Dra. M.A Inez Sapteno, M.Hum.
Amir Hamza tidak hanya menjadi imigran tetapi juga perantau untuk menimba ilmu dari tempat yang yang lain menuju tempat lain untuk mendeskripsikan kehidupannya. Amir Hamza menuangkannya dalam bentuk syair-syair yang saat ini masih populer dikalangan penggemar sastra.
Disamping itu, Wawat Rahmawati M.Hum Candidate Doctoral UI dan Dosen Sastra Jepang Universitas Nasional memparkan Jepang dalah merupakan negara tujuan untuk bermigrasi. “Jepang adalah salah satu negara yang dipilih oleh masyarakat Indonesia bermigrasi untuk meraih mimpinya. Pekerja dari Indonesia migrasi ke Jepang pada pertengahan 1990 dan kebanyakan dari mereka adalah dibawah naungan Kenshuusei (Industrial Training and Techical Program). Migrasi adalah dampak dari globalisasi,” papar Wawat.
Sementara itu pada sesi kedua seminar yang dimoderatori oleh Intan Firdaus, S.S., M.Hum., Prof. Dr. Abdul Hadi MW- Prof of Malay Literature menerangkan konsep merantau dalam budaya melayu yang mengacu kepada pekerja dan para sufi.
“Mengacu kepada pada pekera dan sufi dalam menunutut ilmu pengetahuan dan mencari nafkah untuk dikumpulkan dan dibawa pulang dengan selamat diakhirat maupun dibumi. Penyebaran agama Islam terjadi karena migrasi pendunduk dengan berdagang, Islam terserap melalui para sufi yang melakukan perdagangan dan ber migrasi yang disebut anak dangang ,” uangkap Abdul.
Fenomena anak dagang bisa dilihat di syair Hamza Fansuri yang banyak gambaran hidup dari kehidupan sajak dan syair melayu.
Disisi lain, sebagai Antropolog Prof. Phill Marjam Lucking, dari The Hebrew University of Jerusalem menceritakan pengalamannya dalam penelitian merantau di Madura.
“Jadi saya akan berbicara tentang merantau dalam arti menajdi tenaga kerja wanita dimasa sekarang. Ada perbedaan perlakukan terhadap masyarakat di Madura adalah mengenai agama, bagian yang sangat penting adalah bisa pergi ke tanah suci mekah, ini menjadi sumber daya untuk mengakhiri kehidupan yang kurang layak juga setelah dia kembali karena dia dihormati sebagai pekerja keras dan sebagai orang yang berpengetahuan bahkan mungkin sedikit,” ucapnya.
Turut hadir dalam kegiatan Seminar Internasional ketua pelaksana Kepala UPM FBS Lukman Hakim, S.S.,M.ag., Dosen Sastra Inggris Ahmad Mustolih, Evi Jovita Putri, S.Hum., M.A., Ketua Porgam Studi Sastra Jepang Fairuz, S.S., M.Hum.(*TIN)
Bagikan :