Jakarta (Unas) – Program Studi Hubungan Internasional Fakultas Ilmu sosial dan Ilmu Politik Universitas Nasional (Unas) menggelar Bedah Buku dengan tajuk “Diplomasi Ringan dan Lucu: Kisah Nyata”. Acara ini dibuka secara langsung bertempat di ruang Aula Blok 1 Lantai 4 Unas pada Senin, (20/03).
Hadir beberapa narasumber di antaranya Wahid Supriyadi yang merupakan Duta Besar Rusia dan UAE, Dr. Aos Yuli Firdaus, M.Si., selaku Dosen Mata Kuliah Diplomasi, Dr. Aiyub Muksin, M.Si., merupakan Duta Besar Vietnam, dan Dr. Hendra Muajana Saragih, S.I.P., M.Si., selaku moderator.
“Buku ini saya ambil judul Diplomasi Ringan dan Lucu karena saya buat tidak hanya menceritakan diri saya sendiri, melainkan saya hadirkan chapter-chapter yang berisi tempat-tempat yang mungkin dapat menginspirasi teman-teman,” kata Wahid. Ia menambahkan, diplomasi tidak selamanya bersifat kaku. Melalui buku ini, pembaca dapat menemukan pengetahuan baru terkait cara-cara membangun komunikasi yang efektif guna menciptakan diplomasi yang ringan.
“Dengan adanya acara Bedah Buku ini semoga anak kami bisa menjadi ambassador, serta turut membanggakan Unas dan Indonesia,” tutur Hendra selaku Moderator. Dalam pengantarnya, Ia juga menyampaikan bahwa dari ketiga negara yang pernah Ia singgahi, masing-masing memiliki budaya yang berbeda, sehingga pendekatan yang dilakukan pun berbeda.
“Di Australia berbeda pendapat dan berdebat adalah sesuatu yang biasa. Bahkan sejak kecil anak-anak sudah diajari berdebat dan presentasi. Di Uni Emirat Arab jika mereka melakukan kesalahan, mereka menyampaikan maaf dengan merangkul atau mencium, sehingga kita tidak jadi marah. Sedangkan di Rusia mereka sangat passion terhadap budaya. Saat saya bertugas di sana, saya memulai dengan menyelenggarakan festival budaya,” tuturnya.
Wahid juga menyampaikan bahwa salah satu kelebihan buku ini adalah diceritakannya hal-hal yang sebenarnya sederhana, tetapi dapat berdampak besar. Bukan hanya untuk diri sendiri, melainkan juga untuk kepentingan diplomasi. “Seperti penggunaan budaya dalam pertemuan-pertemuan besar,” papar Wahid.
Ia juga berpesan agar peserta senantiasa mengasah kemampuan debat, baik untuk mereka yang akan berprofesi sebagai dubes maupun profesi lainnya.
“Buku ini menjadi bukti how I enjoy my work. Semoga teman-teman pembaca juga bisa terpacu semangatnya ketika membaca buku ini,” kata Wahid.
Dalam tanggapannya, Aos menuturkan, selain menjelaskan hal-hal diplomatis, buku ini menjadi sangat menarik karena turut menceritakan bagaimana Wahid muda bisa memanfaatkan waktunya secara maksimal dengan mengikuti organisasi mahasiswa. “Organisasi mahasiswa merupakan media bagi mahasiswa untuk belajar terkait banyak hal, seperti kepemimpinan, negosiasi, dan relasi,” ungkap Aos.
Aos menambahkan, pengalaman tidak bisa digali dari buku apapun. Menurutnya, buku ini disusun sedemikian rupa sehingga memperlihatkan etos kerja, etos belajar, dan kreativitas tinggi sang penulis.
“Buku ini lebih banyak mengapresiasi lahirnya buku yang dinilai sangat asik dibaca serta menginspirasi bagi pembacanya. Buku tersebut diharapkan mampu menginspirasi para dubes RI lainnya maupun calon dubes RI milenial untuk bagaimana menjalankan tugas sebagai dubes atau calon dubes yang memang seharusnya penuh inisiatif, kreatif dan memiliki ketrampilan komunikasi interpersonal yang baik,” tutup Aos. (*REZ)
Bagikan :