Jakarta (UNAS) – Bimbingan perawat adalah bentuk tindakan edukatif yang dilaksanakan oleh pembimbing keperawatan untuk memberikan pengetahuan nyata secara optimal dan membantu peserta didik agar mencapai kompetensi yang diharapkan. Dalam mencapai hal tersebut, pembimbing perawat dibekali dengan kompetensi yang mumpuni serta dilengkapi kemampuan kependidikan untuk berkarir sebagai tenaga pendidik dibidang keperawatan.
Salah satu bentuk pendidikan dalam meningkatkan kompetensi tenaga pendidik di bidangnya adalah pelatihan preceptorship. Preceptorship adalah suatu metode pengajaran dan pembelajaran mahasiswa dengan menggunakan perawat sebagai model perannya. Dalam pelatihan preceptorship, materi disampaikan secara perseorangan dan individual antara perawat yang berpengalaman (preceptor) dengan perawat baru (preceptee) yang didesain untuk membantu perawat baru untuk menyesuaikan diri dengan baik dan menjalankan tugas yang baru sebagai seorang perawat.
Oleh karena itu, Fakultas Ilmu Kesehatan (FIKES) melalui Program Studi Keperawatan menggelar pelatihan preceptorship yang di ikuti 57 peserta terdiri dari mahasiswa yang sudah bekerja di instansi kesehatan serta praktisi. Acara yang bertempat di Menara 2 UNAS itu dilaksanakan selama dua hari, Jumat dan Sabtu, (21-22/12).
“Tujuan dari acara ini adalah meningkatkan kualitas dan kompetensi baik knowledge, skill dan attitude para calon tenaga kesehatan sehingga nantinya dapat membimbing mahasiswa saat praktek di rumah sakit maupun instansi kesehatan lainnya,” ujar Ketua Program studi Keperawatan Ns. Aisyiah, S.Kep., M.Kep., Sp.Kep.Kom saat ditemui di sela-sela acara.
Kegiatan pelatihan ini berupa ceramah, diskusi, dan simulasi praktek dengan materi seperti metode pembelajaran preceptorship dan mentorship, praktik simulasi tentang preceptorship dan asssestment klinik.
“Semoga para tenaga medis dapat menjalankan perannya sebagai perawat dan juga sebagai preceptor di rumah sakit atau puskemas sehingga dapat membimbing tenaga didik agar bisa menjadi perawat yang kompeten dibidangnya,” harap Aisyiah.
Sementara, Ketua Asosiasi Institusi Pendidikan Ners Indonesia (AIPNI) Dr. Muhammad Hadi, M.Kep menyatakan, saat ini rumah sakit membutuhkan 60% sampai 70% tenaga kesehatan lulusan strata 1 dan profesi Ners. Menurutnya, lulusan tersebut telah memiliki bekal. “Selain bekal dalam proses penyembuhan pasien, lulusan juga memiliki bekal untuk membimbing calon peserta didik dengan baik,” ucapnya.
Ia menambahkan, untuk menunjang kompetensi perawat proses pendidikan perlu di tingkatkan salah satunya dengan melakukan pelatihan yang dapat menciptakan calon tenaga medis yang kompeten dan unggul. Oleh karena itu, lanjutnya, perlu metode pembelajaran yang sesuai terutama di dalam metode pembelajaran perawat.
“Salah satu yang kita upayakan adalah dengan mengembangkan model pembelajaran perawat dengan bimbingan preceptor. Dengan model preceptorship ini diharapkan kompetensi mahasiswa tercapai dengan baik,” kata Hadi.
Diakhir wawancaranya, Hadi berharap peserta pelatihan preceptorship nantinya dapat memberikan pendidikan kepada peserta didik dengan baik, sehingga dapat meningkatkan pendidikan dan praktik keperawatan. (*DMS)
Bagikan :