Jakarta, UNAS – Bercita-cita meraih pendidikan yang tinggi merupakan mimpi segenap manusia, namun terkendala dengan faktor ekonomi. Universitas Nasional melalui program Bidikmisi membuka peluang bagi segenap anak bangsa untuk meraih cita-cita itu.
Bidikmisi adalah bantuan biaya pendidikan bagi calon mahasiswa tidak mampu secara ekonomi dan memiliki potensi akademik baik untuk menempuh pendidikan di perguruan tinggi, pada program studi unggulan sampai lulus tepat waktu. Terkait dengan adanya bantuan dari pemerintah yang diterima maka sudah sepatutnya penggunaan dana maupun prestasi dari penerima bidikmisi dimonitor dan dievaluasi. Biro Kemahasiswaan Universitas Nasional Kamaruddin Salim, S.Sos.,M.Si menyadari pentingnya hal ini. Ini dibuktikan dengan diselenggarakannya Monitoring dan Evaluasi penerima bidikmisi dari pemerintah setiap tahun, namun, pada 30 November 2019, ada perubahan teknik untuk memonitor dan mengevaluasi penerima bidikmisi.
Perubahan teknik ini terlihat dari bentuk monitoring dan evaluasi yang tak lagi sama dengan tahun sebelumnya. Sebelumnya, monitoring dan evaluasi dilakukan dengan cara pemanggilan mahsiswa satu persatu. Namun, kali ini, konsep yang diusulkan adalah Sharing Session lintas generasi. Perubahan konsep ini dilakukan setelah mendengar saran dari mahasiswa. Dalamnya Kepala Kemahasiswaan Universitas Nasional mengungkapkan bahwa penting bagi para mahasiswa penerima bidikmisi memiliki karir yang baik setelah tamat kuliah.
Karir yang dicapai itu, salah satunya adalah menjadi dosen, bahkan ada yang dipersiapkan kuliah hingga S2. Ia juga mengungkapkan bahwa pada tahun 2018 lalu, DIKTI mengapresiasi Mahasiswa penerima bidikmisi dengan IPK tertinggi berasal dari UNAS. Dalam lingkup Universitas Nasional, mahasiswa penerima bidikmisi selalu menempati posisi wisudawan terbaik. “Kita sudah dari periode pertama bidikmisi itu selalu menempatkan sebagai wisudawan terbaik di setiap lulusan Universitas Nasional.”
Kegiatan ini diikuti oleh 38 mahasiswa penerima BIDIKMISI dan dihadiri oleh kepala biromawa dan staf lainnya. Seluruh hadirin duduk bersama dan terlihat saling bicara akrab satu dengan yang lain dan tampak terbuka menyampaikan rintangan sekaligus berdiskusi bagaimana mengatasinya. (Rizki)
Bagikan :