Jakarta (UNAS) – Kegiatan Cross Culture Week yang diadakan oleh Program Studi Sastra Inggris Universitas Nasional (UNAS) pada selasa 7 Januari 2024, mengundang Duta Besar Rusia untuk Indonesia, Sergei Gennadievich Tolchenov sebagai narasumber public lecture. Sergei dalam materinya memberikan penjelasan mendalam mengenai pentingnya nilai-nilai multikulturalisme dalam masyarakat yang beragam.
Sergei menekankan bahwa keberagaman etnis, budaya, dan agama adalah salah satu kekayaan terbesar yang dimiliki oleh negara-negara multikultural, termasuk Rusia dan Indonesia. “Rusia adalah negara yang dihuni lebih dari 190 etnis dengan berbagai bahasa dan agama. Keberagaman ini tidak hanya memperkaya budaya, tetapi juga menjadi kekuatan dalam membangun masyarakat yang harmonis,” ujarnya.
Ia menyoroti peran penting pendidikan dalam memperkenalkan nilai-nilai multikulturalisme kepada generasi muda. “Di Rusia, kurikulum pendidikan mencakup pelajaran tentang budaya dan tradisi berbagai etnis untuk menanamkan rasa hormat terhadap keberagaman. Selain itu, seni dan budaya juga menjadi alat penting dalam diplomasi antarbudaya. Festival budaya, seperti pertunjukan balet dan pameran seni tradisional Rusia, kerap digelar untuk mempererat hubungan internasional”, paparnya.
Sergei juga menggarisbawahi pentingnya kerja sama internasional dalam mempromosikan multikulturalisme melalui program pertukaran pelajar dan diplomasi budaya. Ia menyampaikan bahwa globalisasi dapat membawa tantangan berupa dominasi budaya tertentu yang berpotensi mengikis identitas budaya lokal. Namun, melalui program-program yang menonjolkan keunikan budaya masing-masing negara, seperti adaptasi cerita rakyat menjadi film atau drama, serta pelibatan komunitas lokal dalam pengambilan keputusan budaya, tantangan tersebut dapat diatasi.
Sebagai penutup, Duta Besar Rusia untuk Indonesia tersebut menegaskan bahwa multikulturalisme merupakan nilai universal yang harus terus dipromosikan dan dipertahankan, terutama di negara-negara dengan keberagaman yang tinggi seperti Rusia dan Indonesia. “Keberhasilan pelestarian nilai-nilai ini membutuhkan pendidikan yang inklusif, promosi seni dan budaya yang berkelanjutan, serta kolaborasi lintas negara,” pungkasnya.
Kepala Program Studi Sastra Inggris Universitas Nasional (UNAS) Dr. Siti Tuti Alawiyah, S.S., M.Hum., juga mengungkapkan bahwa pendidikan multikultural bukan hanya sekadar konsep, tetapi juga langkah nyata menuju terciptanya lingkungan yang harmonis dan inklusif, khususnya di dunia pendidikan. “Kegiatan ini dapat meningkatkan empati, keterbukaan pikiran, dan memperkuat hubungan di antara mahasiswa dari berbagai latar belakang,” ungkapnya.
Kegiatan Cross Culture Week Prodi Sastra Inggris juga menghadirkan 20 peserta mahasiswa dari Prince of Songkla University, Thailand pada Rabu (15/01) di Auditorium UNAS. (TIN)
Bagikan :