Jakarta (UNAS)- Fakultas Bahasa dan Sastra, khususnya Program Studi Sastra Jepang menggelar kuliah umum dengan menggandeng Pusat Kajian Jepang Universitas Nasional. Seminar yang digelar pada Sabtu (5/12) mengundang narasumber dari Jepang Prof. Dr. Hisanori Kato, dosen tamu dari Universitas Cuo, Jepang.
Menurut pria yang sering dipanggil dengan Kato Sensei Sains tanpa Humanity tidak ada gunanya. “Sains atau teknologi tanpa humanity, kemanusiaan itu tidak ada guna nya, menurut saya kemajuan dari sains yang praktis kadang-kadang tidak manusiawi” papar Kato dalam memberikan kuliahnya.
Kato yang memegang prinsip Mahatma Gandhi tersebut menjelaskan mengenai bagaimana tujuh pemikiran yang akan menghancurkan kita atau disebut dengan seven death sins. “Ada tujuh kata yang selalu saya ingat dari “social sins” yaitu : politik tanpa prinsip, kekayaan tanpa bekerja, kesenangan tanpa hati nurani, pengetahuan tanpa karakter, perdagangan (bisnis) tanpa moralitas (etika), sains tanpa kemanusiaan, agama tanpa pengorbanan semua itu tidak ada gunanya dan akan menghancurkan kita” terangnya.
“Sebagai akademisi yang berilmu kita dituntut untuk memahami, saling peduli kepada sesama manusia, teknologi saat ini sangat praktis untuk kita gunakan, seperti handphone dan internet tetapi menjadikan kita tidak peduli terhadap orang disekitar kita” sambungnya.
Mahatma Gandhi adalah salah satu tokoh besari dari India meninggal dunia 30 Januari 1948 yang disebabkan oleh penembakan yang dilakukan oleh seorang Hindu yang tidak suka dengan kedekatan Gandhi dengan kelompok Islam. Mahatma Gandhi bukan hanya tokoh yang besar bagi India, melainkan juga seorang tokoh dunia. Beliau berjasa besar dalam perjuangan hak asasi manusia dan pejuang anti kekerasan.
Kato juga memberikan pendapatnya mengenai kemanusiaan yang saat ini telah berkurang kepeduliannya karena berkembangnya teknologi saat ini. “Saya rasa Allah menginginkan kita untuk bisa mengontrol teknologi, bukan kita yang di control oleh teknologi, saling peduli kepada sesama. Ini dari sudut pandang saya,”ujarnya.
Sementara itu, Pada kuliah umum discover Japan dengan tema “Intergrasi Humanisme dan Akademisme dari Perspektif Agama di Indonesia” yang dibuka oleh Dekan Fakultas Bahasa dan Sastra Drs Somadi, M.Pd menjelaskan bawah tujuan diadakan kuliah ini adalah membuka wawasan mahasiswa khususnya bagi yang baru bergabung di FBS Prodi Sastra Jepang. “Tujuan kuliah ini untuk membuka wawasan mahasiswa khususnya bagi yang baru bergabung di FBS Prodi Sastra Jepang. Hal ini sesuai dengan visi kami untuk menyelenggarakan pendidikan yang berwawasan budaya luhur bangsa untuk menghasilkan SDM yang andal, profesional, serta menguasai bidang bahasa, sastra, dan budaya Indonesia dan Jepang” jelas Somadi.
Ia juga berharap bahwa seiring berubahnya kurikulum perkuliahan, Fakultas Bahasa dan Sastra akan tetap menerapkan dan mengarah pada “kurikulum kreatif berbasis budaya”. “Kalaupun kurikulum di Indonesia selalu berubah-ubah, mulai dari KBK, KKNI, Kampus Merdeka, Merdeka Belajar. Apa pun jenis kurikulumnya, kami mengarah kepada “kurikulum kreatif berbasis budaya”. Untuk itu, kami secara terus-menerus berusaha secara maksimal untuk membekali lulusan dengan ilmu yang bercirikan FBS Unas, dengan menerapkan karakter budi pekerti yang mumpuni dan profesional di bidangnya.
Bahasa dan sastra bukan sekadar sarana komunikasi dan hiburan. Namun bahasa dan sastra merupakan sarana inovasi industri, budaya, dan teknologi untuk kesejahteraan manusia,” tutupnya. (*TIN)
Bagikan :