Jakarta (UNAS) – Fakultas Biologi, Universitas Nasional (UNAS) melakukan riset penelitian pada tumbuhan-paku yang di lakuka pada tahun 2015 – 2020. Projek penelitian ini diprakarsai dengan kerjasama dengan beberapa lembaga antara lain adalah Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dan Yayasan Adudu Nantu Indonesia (YANI), Provinsi Gorontalo.
Prof. Dedy Darnaedi selaku dosen Program Studi S1 dan S2 Biologi serta Direktur Pusat Kajian Tumbuhan Tropika (PKTT) UNAS bersama tim penelitian berhasil menemukan jenis tanaman simbar menjangan di hutan Nantu, Kabupaten Gorontalo, Sulawesi.
Rekaman baru Platycerium grande di Indonesia dan marga baru Platycerium di Sulawesi
Platycerium adalah nama tumbuhan-paku yang secara umum dikenal sebagai simbar menjangan. Ada 15 jenis di dunia, 4 jenis di antaranya ada di wilayah Indonesia. Karena perawakannya yang sangat cantik jenis-jenis Platycerium umum dikenal sebagai tanaman hias yang exotic.
Platycerium coronarium dan P. ridleyii banyak tersebar di wilayah Pulau Jawa, Pulau Sumatera dan Pulau Kalimantan; khusus P. bifurcatum hanya terdapat di Nusa Tenggara dan P. wandae hanya ada di daerah Papua. Jenis-jenis tersebut tersebar secara terpisah di berbagai kawasan distribusinya masing-masing.
Dalam kerjasama penelitian antara Fak. Biologi-UNAS, LIPI dan YANI (2015-2020) di hutan Nantu, Kabupaten Gorontalo, Sulawesi, tim peneliti menemukan jenis simbar menjangan yang tumbuh epifit di beberapa pohon besar. Tergantung di atas cabang pohon pada ketinggian sekitar 20-30 m dari lantai hutan.
Ada tantangan tersendiri untuk mendapatkan tumbuhan ini karena letaknya yang tinggi di atas pohon. Dalam kurun waktu 4 tahun penelitian, hanya terdapat 3 hingga 4 populasi saja yang ditemukan dan 3 pohon hidup di antaranya dikoleksi untuk keperluan penelitian lebih lanjut.
Melalui penelitian para peneliti mengambil sample bentuk dan ukuran daun, utuk lebih banyak mengambil data para peneliti juga megambil sample pada permukaan daun yang ternyata adanya sisik di permukaan daun, letak sporangium, bentuk spora, serta pertumbuhan sejak muda sampai daun gugur diyakini simbar menjangan ini adalah Platycerium grande (Fee) Kunze. Pertelaannya sesuai dengan type spesies yang ada di Natural History Museum, London dan koleksi hidupnya yang ada di Kebun Raya Leiden (Hennipman & Roos, 1982).
Namun material yang dikoleksi di Hutan Nantu berukuran lebih besar, panjang daunnya hampir dua kali lipat yang pernah dilaporkan sebelumnya.
Status dan Nilai konservasi Platycerium grande
Platycerium grande pertama kali ditemukan di P. Luzon, Philippines dan dikoleksi sebagai tanaman hias di Cebu. Di P. Luzon sudah tidak ditemukan lagi keberadaannya di alam dan secara lokal dinyatakan langka. Keberadaan P. grande di hutan alami di Nantu merupakan hal penting untuk tujuan konservasi. Karena jumlah individunya di lapangan sangat sedikit, soliter dan tumbuhnya lama, jenis ini perlu sekali diselamatkan. UNAS sedang mengusulkan ke LIPI & KLHK agar secara resmi ditetapkan sebagai Endangered Species oleh IUCN.
Di Hutan Gorontalo, jenis ini ditemukan di dalam SMS Nantu dan Hutan Produksi Terbatas. Untuk tujuan konservasi, diusulkan agar HPT ini dapat dirubah statusnya menjadi kawasan konservasi, baik sebagai perluasan SMS Nantu-Boliyohuto atau sebagai Tahura (*).
Bagikan :