FGD PPI Unas : Perlu Adanya Konservasi Lubuk Larangan di Riau

FGD PPI Unas : Perlu Adanya Konservasi Lubuk Larangan di Riau

Jakarta (Unas) – Lubuk larangan merupakan potensi penting kearifan lokal yang perlu dilakukan konservasi. Hal ini yang menjadi benang merah dalam Fokus Grup Diskusi (FGD) Pusat Pengajian Islam (PPI) Universitas Nasional (Unas) bekerja sama dengan Universitas Andalas, pada Selasa (05/07).

Ketua tim peneliti, Dr. Fachruddin Mangunjaya mengatakan, Indonesia memiliki kawasan-kawasan dengan kekayaan alam hayati yang cukup luas. Namun, tantangan terhadap perawatan kawasan tersebut tetap ada, misalnya pemanfaatan yang ilegal dan tidak sejalan dengan upaya pembangunan berkelanjutan.

Dr. Fachruddin Mangunjaya
Dr. Fachruddin Mangunjaya

“Melihat hal tersebut, perlu diadakan studi lebih lanjut tentang pengelolaan sumber daya alam dan keanekaragaman hayati di Indonesia. Salah satunya lubuk larangan sebagai bentuk kearifan yang berkembang di masyarakat lokal,” ujar Dosen Magister Biologi Unas itu.  

Tokoh masyarakat Lubuk Larangan Riau, Datuk Seri H. Taufik Ikram Jamil mengatakan, lubuk larangan memanfaatkan sumber daya perikanan perairan sungai khususnya yang berada di daerah Sumatera Utara, Sumatera Barat, dan Riau.

Datuk Seri H. Taufik Ikram Jamil
Datuk Seri H. Taufik Ikram Jamil

“Lubuk larangan merupakan perwujudan prinsip konservasi yang dilakukan oleh masyarakat terhadap sumber daya perikanan perairan sungai. Kearifan tersebut berkembang dan mendarah daging bagi masyarakat di sekitar lingkungan,” katanya.

Ia melanjutkan, keberadaan lubuk larangan merupakan potensi penting kearifan lokal yang perlu diperkuat, terutama dalam mendorong pemanfaatan sumber daya alam berkelanjutan.

Dalam kesempatan yang sama, Dosen UIN Suska Riau, Dr. Elviriadi, S.Pi., M.Si,  mengatakan, kearifan ini dapat menjadi contoh bagi masyarakat di daerah lain untuk memelihara dan mempertahankan alam, serta melakukan edukasi sekaligus meningkatkan pendapatan masyarakat.

Dr. Elviriadi, S.Pi., M.Si,  
Dr. Elviriadi, S.Pi., M.Si,  

“Kalau saja tidak ada lubuk larangan, kearifan lokal lainnya bisa terancam. Diperlukan upaya studi dengan harapan memperkuat lubuk larangan pada tingkat pengakuan di daerah, regional, nasional, dan internasional,” ucapnya.

Baca Juga :   Bulan Bahasa dan Sastra, Unas Dorong Sutan Takdir Alisjahbana Jadi Pahlawan Nasional
Ratna Dewi
Ratna Dewi

World Wide Fund for Nature (WWF) bagian tengah, Ratna Dewi mengatakan, terdapat beberapa rekomendasi yang bisa dilakukan untuk penguatan lubuk larangan. “Rekomendasi untuk penguatan bisa dilakukan dengan adanya komunikasi antar pemangku kepentingan, pemilihan jenis dan titik pengambilan ikan untuk menjaga kelestarian ikan langka, serta menurunkan ancaman kelestarian sungai,” paparnya.

Dilakukan secara daring via Zoom, turut hadir dalam kegiatan sebagai narasumber DKP Provinsi Riau, Odor Juliana, PLT Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau, Fifin Arfiana Jogasara, S.Hut., M.Si, serta diikuti oleh beberapa dosen dan mahasiswa dari Unas, Universitas Andalas, dan Universitas Riau. (NIS)

Bagikan :

Info Mahasiswa

Related Post

Prodi Sastra Inggris Selenggarakan "Teaching English for Specific Purposes"
International Talk “Palestine: Post Ceasefire, International Response”
Pengenalan Lingkungan & Budaya Akademik Bagi Mahasiswa Baru FTKI
Universitas Nasional Tingkatkan Literasi Digital Pelajar Melalui Pelatihan HTML dan JavaScript di SMAN 58 Jakarta Timur
Webinar FISIP HI : UU Cipta Kerja Dinilai Miliki Pengaruh Dalam Politik Global
Sekolah SMK dari Sorong, Papua Barat Memenangkan 2 Kategori dalam Festival Film Ilmu Komunikasi UNAS

Kategori Artikel

Berita Terbaru