Jakarta (Unas) – Fakultas Ilmu Kesehatan (FIKES) Universitas Nasional (Unas) melangsungkan Workshop Item Development, Item Review, dan Item Bank Administrator (IBA), yang dihelat secara luring di Menara Unas, Kamis (04/08). Melalui program studi Keperawatan, kegiatan ini bekerja sama dengan Asosiasi Institusi Pendidikan Ners Indonesia (AIPNI).
Dekan FIKES Unas, Dr. Retno Widowati, M.Si., mengatakan, kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dosen dalam menyusun instrumen uji kompetensi. “Guna mempersiapkan hal tersebut, dosen perlu meningkatkan kapasitas mereka dalam menyusun soal dengan kriteria yang baik, mengingat uji kompetensi mahasiswa merupakan salah satu syarat kelulusan,” ujarnya dalam sambutan secara daring.
Hadir sebagai narasumber, Pengurus AIPNI Pusat Dr. I Made Kariasa, S.Kp., M.M., M.Kep., Sp.KMB., PG.Cert., mengatakan, workshop ini difokuskan pada peningkatan kapasitas dosen dalam menyusun soal uji kompetensi yang berkualitas, komprehensif, dan sesuai dengan tingkat kompetensinya.
“Uji kompetensi merupakan exit exam mahasiswa yang sertifikat kelulusannya menunjukkan telah menyelesaikan program pendidikan khususnya keperawatan. Uji kompetensi juga memberikan gambaran terhadap proses pendidikan di institusi, dapat mengenali aspek kelebihan dan kekurangan di institusi, serta sebagai dasar evaluasi untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran,”paparnya.
Made melanjutkan, di sisi lain uji kompetensi bertujuan untuk melindungi masyarakat dengan memberikan jaminan bahwa perawat pada entry-level registered memiliki kompetensi yang dipersyaratkan untuk dapat menjalankan praktik profesi secara aman dan efektif.
Dalam presentasinya itu, Ia juga menjelaskan mengenai bagaimana memilih materi uji dalam tatanan kompetensi. “Adapun soal yang baik ialah menggabungkan berbagai data, menggambarkan situasi nyata praktek atau pekerjaan, bukan soal ingatan sederhana, serta bisa menjadi prediktor terhadap kemampuan kinerja,” jelasnya.
Lulusan Universitas Indonesia itu menambahkan, langkah-langkah yang bisa dilakukan dalam pengembangan soal ialah membuat blue print atau kisi-kisi, menggunakan tinjauan blue print dalam mengkonstruksikan soal, membuat soal sesuai panduan berupa kasus, pertanyaan, atau pilihan jawaban, serta review soal sendiri.
Tak hanya itu, Made menuturkan bahwa dalam pembuatan soal perlu menghindari informasi yang berlebihan, soal menjebak, terlalu kompleks, serta tidak relevan. “Fokuslah soal-soal pada konsep penting dan kasus-kasus yang sering serta memiliki potensi masalah serius. Setiap soal juga harus menekankan pada pertanyaan pengambilan keputusan klinik,” pungkasnya.(NIS)
Bagikan :