JAKARTA (UNAS) – Baru-baru ini Indonesia sedang dilanda bencana asap akibat terbakarnya hutan lahan di Sumatera dan Kalimantan. Penebangan hutan secara liar/pembalakan hutan, polusi air dari limbah industri dan pertambangan, polusi udara di daerah perkotaan, dan masalah mengenai rusaknya lingkungan di Indonesia bukan merupakan masalah yang baru lagi, yang dibenahi sesegera mungkin. Pentingnya merawat lingkungan hidup baik di darat maupun laut juga harus sudah ditanamkan sejak dini.
Dengan menusung tema “Mengarusutamakan Bioekonomi” UNAS Bekerjasama dengan AIPI menyelenggarakan lokakarya nasional pada Kamis (10/10) di Aula blok 1, Lt 4 Universitas Nasional. Lokakarya nasional ini juga merupakan rangakaian Dies Natalis UNAS yang pada bulan Oktober ini memasuki usia 70 tahun. Dikutip dari sambutan ketua pelaksana Prof. Dr. Endang Sukara, Kegiatan lokakarya ini di hadiri oleh lebih dari 200 dari berbagai kalangan. “Kegiatan ini diikuti oleh tidak kurang dari 200 peserta dari berbagai kalangan termasuk Pemerintah, Universitas, Lembaga penelitian, pengusaha, NGO, dan masyarakat umum,” jelasnya.
Menurutnya, Lokakarya yang juga didukung oleh Yayasan Keanekaragaman Hayati Indonesia (KEHATI) ini menghadirkan beberapa narasumber guna mengupas beberapa isu yang meliputi peraturan perundangan dan kendala implementasinya, serta contoh praktek terbaik pemanfaatan keanekaragaman hayati dengan tetap memperhatikan lingkungan hidup yang telah dilakukan oleh pengusaha, lembaga swadaya masyarakat. “Lokakarya ini, membahas isu-isu strategis yang meliputi peraturan perundangan dan kendala implementasinya, komitmen pendanaan dan berbagai insentif bagi pelaku usaha terkait dengan pemanfaatan keanekaragaman hayati, perkembangan penelitian, hasil-hasil capaian dan kendala yang dihadapi dalam upaya pemanfaatan hasil penelitian, masalah pendidikan biologi, serta contoh praktek terbaik pemanfaatan keanekaragaman hayati dengan cara yang tidak merusak lingkungan hidup baik darat maupun laut yang telah dilakukan oleh pengusaha, lembaga swadaya masyarakat,” jelas Endang yang juga merupakan dosen Biologi di UNAS.
Prof. Dr. Endang Sukara juga berharap, lokakarya ini akan menghasilkan rekomendasi terkait dengan pelaksanaan peraturan dan perundangan, kelembagaan, pembaruan sistem pendidikan biologi dan mendorong aksi nyata dari seluruh komponen bangsa mengarusutamakan bioekonomi, dan menjadikan ekonomi berbasis keanekaragaman hayati dan menjadikannya sebagai soko guru pembangunan berkelanjutan.
Sementara itu, dalam kesempatan yang sama Keynote dari Kementrian Keuangan Republik Indonesia, Prof. Dr Suahasil Nazara menyapaikah bahwa dalam Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau SDGs (Sustainable Development Goals) yang berisi 17 tujuan, lingkungan hidup merupakan inti penting yang perlu di perhatikan. “Di dalam 17 tujuan di SDGs (baca:esdigi) lingkungan hiduplah yang merupakan inti penting yang harus di perhatikan, seluruh dari 17 tujuan pembangunan dasarnya adalah lingkungan hidup ini ada di nomor 15 itu darat dan nomor 14 laut, acuannya karena bukan hanya di darat tapi juga perairan yang perlu di rawat dan di perhatikan,” tuturnya.
Dengan peserta workshop lokakarya yang berasal dari Lembaga Pemerintah, Lembaga-Lembaga Riset dan Universitas, Industri, Lembaga Swadaya Masyarakat serta masyarakat umum yang mempunyai minat dan terlibat dalam pengelolaan serta pemanfaatan keanekaragaman hayati ini, kegiatan ini dibagi dalam dua sesi diskusi panel.
Dalam diskusi panel yang bertujuan untuk mendiskusikan kondisi keanekaragaman hayati, kebijakan-kebijakan serta langkah-langkah terkait pengelolaan keanekaragaman hayati dan bioekonomi di Indonesia, UNAS dan AIPI mendatangkan beberapa narasumber dari berbagai bidang seperti : Dr. Ir. Arifin Rudiyanto, M.Sc, Deputi Bidang Kemaritiman dan SDA, Bappenas, Ir. Wiratno, MSc, Direktur Jenderal Konservasi Sumberdaya Alam dan Ekosistem, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Prof. Dr. Enny Sudarmonowati, Deputi Ilmu Pengetahuan Hayati, LIPI, Prof. Suahasil Nazara, Kepala Badan Kebijakan Fiskal, Kementerian Keuangan, dan Prof. Mien A.Rifai, Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI) serta Riki Frindos, Direktur Eksekutif dari Yayasan Kehati Green Investment Initiative dan dimodetarori oleh Prof. Dr. Jatna Supriatna pada sesi pertama.
Sementara pada sesi kedua yang di moderatori oleh Prof. Dr. Dedy Darnaedi mendatangkan Dr. Robert Pakpahan, Direktur Jenderal Pajak , Prof.Dr. Ernawati Sinaga MS,Apt., Wakil Rektor Bidang Penelitian Pengabdian Masyarakat dan Kerjasama, dan Dr. Sonny Mumbunan, ALMI,WRI-Indonesia. (*TIN)
Bagikan :