Jakarta (UNAS) – Hari ini merupakan hari kedua pelaksanaan Sutan Takdir Alisjahbana Summer Course yang diselenggarakan oleh Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Nasional (20/9). Dengan tema “Modernitas Kolonial dan Kota Kolonial: Bangkitnya Kota-kota Modern di Indonesia,” acara ini terbagi dalam dua sesi yang membahas transformasi urban di Indonesia selama masa kolonial dan dampak modernitas terhadap pembangunan kota.
Sesi pertama dimulai pukul 09.00 hingga 11.30 WIB, dipimpin oleh Dr. Andy Akdian, M.Si., dengan topik “Menjelajahi Kebijakan Kolonial Belanda Abad 19 hingga 20 dan Kebangkitan Kota Industri Surabaya serta Batavia.” Dalam sesi ini, Dr. Andy membahas bagaimana kebijakan kolonial mempengaruhi pembangunan kota industri di Surabaya dan Batavia, yang kemudian berkembang menjadi pusat ekonomi di Hindia Belanda.
Sesi kedua dimulai pukul 13.30 hingga 16.30 WIB, dipimpin oleh Mr. Chris Kalima dengan tema “Mengeksplorasi Pengaruh Perkembangan Ekonomi dan Budaya Global terhadap Lingkungan Binaan di Jakarta.” Mr. Chris mengkaji bagaimana perpaduan antara konsep internasional dan adat lokal mencerminkan dinamika pembangunan di Jakarta. Ia juga menyoroti bagaimana tata ruang, kesenjangan sosial, dan ekonomi diwarisi dari kebijakan kolonial serta diteruskan oleh elit politik yang berpendidikan Barat.
“Konsep urbanisme yang ada seringkali menciptakan penghalang bagi masyarakat kelas bawah. Tata ruang yang tidak inklusif, seperti lapangan golf, menjadi simbol eksklusivitas,” jelas Mr. Chris. Ia juga membahas ketimpangan yang terjadi dalam pembangunan kota dan dampaknya terhadap masyarakat.
Acara ditutup dengan pemberian informasi terkait sesi ketiga yang akan membahas “Transformasi Sosial dan Budaya Jakarta sebagai Mantan Ibu Kota.” Diskusi ini akan berfokus pada perubahan besar yang terjadi di Jakarta setelah perpindahan ibu kota negara. “Perpindahan ibu kota menjadi dasar untuk bertanya, apa yang akan terjadi dengan Jakarta sebagai kota yang tidak lagi menjadi pusat pemerintahan? Transformasi ini akan memicu berbagai perubahan sosial, ekonomi, politik, dan budaya yang menarik untuk dikaji,” ujar salah satu pemateri.
Kegiatan ini juga diikuti oleh mahasiswa dari berbagai negara yang saling berbagi pengalaman mengenai situasi kolonial di negara mereka pada abad ke-16 dan 17. Salah satu peserta internasional menyatakan, “Saya mendapatkan banyak pengalaman baru dan wawasan tentang sejarah Jakarta. Saya juga berkesempatan untuk berteman dengan peserta dari negara lain, yang membuat pengalaman ini semakin berharga.” Acara ini menjadi wadah penting bagi mahasiswa untuk memahami sejarah urbanisme Indonesia serta mendapatkan perspektif global mengenai perkembangan kota-kota modern di dunia.(*MPR)
Sumber :
Bagikan :