HIMASINA Bedah Peran Perempuan dalam Novel Layar Terkembang Karya STA

Novel Layar Terkembang Karya STA

Jakarta (Unas) – Himpunan Mahasiswa Sastra Indonesia (HIMASINA) Universitas Nasional (Unas) melangsungkan seminar kesusastraan secara onsite di Aula Blok I Lantai IV, pada Senin (18/07). Kegiatan ini membedah peran perempuan dalam novel Layar Terkembang karya Sutan Takdir Alisjahbana (STA).

Fairuz, M.Hum (kiri) saat menjelaskan tentang novel layar terkembang karya STA.

Hadir sebagai narasumber, Wakil Dekan Fakultas Bahasa dan Sastra (FBS) Unas, Fairuz, M.Hum. mengatakan, novel layar terkembang merupakan karya STA yang berisikan masalah, ide, dan pemikiran tentang perempuan sebagai individu yang mandiri, dimana perempuan berhak menentukan nasib dan kedudukannya dalam masyarakat.

“Novel ini juga berisikan masalah kebudayaan yang mempertentangkan budaya Barat dan Timur, masalah pemahaman terhadap agama pada masyarakat masa itu, sikap pemuda dalam memperjuangkan nasib bangsa Indonesia, serta pengambaran yang mendetail tentang alam,” ujar Fairuz.

Ia melanjutkan, semua masalah yang diungkapkan oleh STA melalui tokoh-tokohnya pada novel tersebut termasuk ciri-ciri Aliran Romantisme yang sangat kental dan berkembang pada masa Angkatan Pujangga Baru.

“Adapun ciri-ciri dari aliran tersebut ialah individualisme, kebudayaan, agama, dan kedekatan pada alam. Semua tergambar dalam tokoh Tuti di novel Layar Terkembang ini,” katanya.

Fairuz mengatakan, tokoh Tuti digambarkan sebagai seorang yang sangat berbeda dengan masyarakat pada umumnya, percaya diri, selalu berupaya keras, dan memiliki semangat juang dalam menemukan jati diri seorang perempuan yang merdeka.

“Tuti juga berusaha mengubah cara berpikir perempuan pada masa itu. Hal ini terlihat dari ide-ide yang dikemukakannya tentang bagaimana menjadi perempuan sebagai individu yang mandiri. Ia juga menyadari masalah prempuan bangsanya saat itu yang terikat dan hanya menurut kehendak laki-laki,” paparnya.

Dosen FBS itu menambahkan, perempuan menurut Tuti juga memiliki kedudukan yang sejajar dengan laki-laki, memiliki kehendak sendiri, bahkan tidak menikah jika pernikahan itu berarti melepaskan hak-hak sebagai manusia yang berbas dan mandiri.

Baca Juga :   Potret Aktivitas Human Trafficking, Magister Ilmu Hukum Selenggarakan Webinar Studium Generale

“Sementara dalam hal keagamaan, Tuti mengecam cara beragama masyarakat Indonesia. Menurutnya agama bagi kaum priyayi atau kaum terpelajar adalah hal ritual yang dikerjakan dan dipelajari setelah waktu pensiun tiba dan putus asa. Pemahaman agama tersebut tidak dapat menarik para pemuda yang belum merasakan cemas menghadapi kematian,” jelasnya. 

Di sisi lain, faktor kedekatan pada alam terlihat melalui latar tempat tinggal tokoh sekaligus memuat informasi tentang kegemaran tokoh yang mencintai alam.

Dalam kesempatan yang sama, Dosen Sastra Indonesia Unas Dr. Wahyu Wibowo, S.S., M.M. mengatakan, penokohan Tuti sebagai perempuan mandiri dalam novel tersebut dilakukan STA sebagai semangat postmo. Hal ini berarti STA mendekonstruksi posisi perempuan pada jamannya yang terikat oleh nilai-nilai tradisi.

Dr. Wahyu Wibowo, S.S., M.M., memaparkan peran wanita dalam novel layar terkembang karya Sutan Takdir Alisjahbana.

“Itu sebabnya, tokoh Tuti bagi STA adalah perempuan yang bebas, memilih jalan hidup dan karirnya sendiri. Bebas menentukan takdirnya sendiri karena lepas dari aturan adat dan tradisi,” imbuhnya.

Wahyu juga menuturkan, semangat postmo yang digambarkan STA  mencerminkan emansipasi Ibu Kartini atau Julia Kristeva, seorang psikoanalisis kelahiran Bulgaria yang melahirkan gerakan kebebasan perempuan di Amerika Serikat pada tahun 1960-an.

“Dari seluruh penggabarannya mengenai peran perempuan di novel tersebut, kita perlu bangga terhadap sosok STA. Ia menjadikan Tuti sebagai ungkapan metaforisnya untuk menggambarkan kebebasan perempuan dari belenggu nilai-nilai adat,” pungkasnya.

Lebih lanjut, Wahyu mengatakan bahwa STA merupakan pengarang besar sekaligus pelopor Pujangga Baru. Ia memiliki wawasan yang luas dengan latar pendidikan yang cukup beragam. “STA juga merupakan guru besar Unas, mantan Rektor Unas, Doctor Honoris Causa untuk Ilmu Bhasa dan Ilmu Sastra dari University Sains Malaysia,” tutupnya.  (NIS)

Bagikan :
Berita Terbaru

Jadwal pelaksanaan PLBA T.A 2024/2025

Hari : Kamis 

Tanggal : 19 September 2024

Pukul : 07.00 – 17.00 WIB

Auditorium Universitas Nasional

FAKULTAS

  1. FISIP
  2. FAKULTAS BAHASA DAN SASTRA
  3. FAKULTAS TEKNIK DAN SAINS
  4. FAKULTAS TEKNOLOGI  KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA

Hari : Jum’at

Tanggal : 20  September 2024

Pukul : 07.00 – 16.00 WIB

Tempat : Auditorium Universitas Nasional

FAKULTAS

  1. FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
  2. FAKULTAS HUKUM
  3. FAKULTAS ILMU KESEHATAN
  4. FAKULTAS BIOLOGI DAN PERTANIAN

Tempat : Auditorium Universitas Nasional

Chat with Us!