Jakarta (UNAS) – Salah satu upaya yang di butuhkan untuk mengakhiri masa Pandemik COVID-19 yang sedang terjadi di Indonesia adalah adanya vaksin yang sesuai. Berbagai lembaga baik pemerintah maupun swasta telah berusaha melakukan penelitian dalam pembuatan vaksin tersebut. Terjadinya evolusi dari virus menyebabkan para peneliti pembuat vaksin harus terus menyesuaikan jenis vaksin yang akan diproduksinya agar efektif penggunaannya.
Sejauh apa evolusi yang terjadi pada COVID-19 ini dan bagaimana para peneliti mengantisipasi adanya evolusi COVID-19 terhadap pembuatan vaksin, telah dibahas dalam webinar yang diselanggarakan oleh Ikatan Keluarga Alumni Fakultas Biologi Universitas Nasional (IKA FABIONA) bekerjasama dengan Universitas Nasional menyelenggarakan webinar dengan tema “Evolusi Covid-19 dan Implikasinya Terhadap Penyediaan Vaksin di Masa Depan” pada Minggu, (7/6). Webinar ini didukung oleh Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, Pusat Penelitian Bioteknologi LIPI dan juga Prodia.
Kegiatan ini dihadiri oleh empat narasumber yaitu Ketua Peneliti Bioteknologi Peternakan dan Anggota Tim Deteksi Virus Covid-19, Pusat Penelitian Bioteknologi, LIPI Indriawati, M.Si. dengan menyampaikan materi Biologi Molekuler dan Deteksi Virus Human SARS SoV-2 (Covid-19), Dosen Fakultas Biologi Universitas Nasional Drs. Yeremiah R.Tjamin, M.Si. dengan menyajikan materi : Evolusi SARS CoV-2, Direktur Lembaga Biologi Molekuler Eijkman Prof. dr. Amin Soebandrio, PhD, SPMK mempresentasikan mengenai : Evolusi Covid-19 dan Implikasinya Terhadap Pengembangan Vaksin, dan kemudian Biotechnology Engineering, International Islamic University Malaysia Prof. Dr. Maizirwan Mel menyajikan materi : Persiapan Halal Vaksin Covid-19 untuk Indonesia dan Negara Muslim Lainnya.
Webinar ini di ikuti oleh para peserta dari berbagai profesi seperti peneliti, mahasiswa dan dosen yang berasal dari berbagai instansi, perguruan tinggi, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan sebagainya yang mencapai sebanyak 500 pendaftar. Peserta yang tidak dapat terfasilitasi mengikuti melalui Zoom telah difasilitasi untuk mengikutinya melalui Live Stream Youtube IKA Fabiona dengan link: http://www.youtube.com/watch?v=gorJ74FG7yI
Wakil Rektor Bidang Penelitian, Pengabdian Kepada Masyarakat dan Kerjasama, Universitas Nasional yang juga selaku moderator Prof. Dr. Ernawati Sinaga, M.S, Apt, webinar ini menutup acara dengan menyampaikan rangkumannya bahwa sudah banyak beta corona virus yang terdahulu sebelumnya dan terdapat dua beta corona virus yang lebih mematikan serta lebih fatal dari Corona Virus SARS-CoV-2 tetapi daya tular dan infeksinya lebih cepat SARS-CoV-2 (corona virus) di bandingkan dengan virus beta corona lainnya.
“Terdapat beberapa target dari antigen atau protein dari SARS-Cov2 yang dapat dijadikan peluang untuk vaksin atau obat (seperti spike protein dan nukleokapsid protein),” ujar Ernawati.
Saat ini sedang dilakukan seleksi protein mana yang mempunyai peluang besar untuk digunakan sebagai target vaksin. Target vaksin yang digunakan adalah virus yang tidak sering bermutasi. Sebagaimana virus lainnya SARS-CoV-2 banyak bermutasi dengan laju mutasi yaitu 24,64 substituent pertahun setara dengan 1 mutasi per 2 minggu.
Vaksin halal yang perlu di perhatikan dimulai dari prosesnya agar vaksin yang dihasilkan tidak menimbulkan keragu-raguan. Vaksin digunakan hanya kepada orang yang sehat, bukan kepada orang yang sakit.
Bagikan :