Jakarta (Unas) – Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti RI) mencatat, sebanyak 88% atau sekitar 630.000 dari total 7 juta pengangguran ialah lulusan Sarjana (S1). Angka tersebut terus bertambah lebih cepat, sama sekali tidak sebanding dengan kapasitas lapangan kerja.
Selain adanya tantangan revolusi industri 4.0, para sarjana juga akan beradu kompetensi dengan pekerja asing, imbas pasar bebas pun semakin terbuka. Oleh sebab itu, perlu adanya dorongan yang diberikan kepada calon sarjana agar sukses dan bisa bersaing di dunia kerja.
Hal tersebut yang dilakukan oleh dua mahasiswa Universitas Nasional (Unas) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) program studi Ilmu Komunikasi. Ialah Andika dan Meka Yolanda Zahra, mereka memberikan tips dan motivasi kepada calon sarjana agar dapat mempersiapkan diri dalam menghadapi tantangan dunia kerja di masa depan.
Dalam sesi diskusi bertemakan ‘Konco Talk Mahasiswa’, Meka mengatakan, sebelum terjun ke lapangan, mahasiswa perlu mempersiapkan beberapa hal semasa perkuliahan. Selain kompetensi akademik, mahasiswa juga perlu aktif di berbagai kegiatan baik di dalam maupun di luar kampus.
“Jadi mahasiswa itu sebenarnya kita nggak hanya berkuliah, tapi juga bisa melatih kemampuan diri dengan ikut organisasi dan aktif di berbagai kegiatan. Kesempatan seperti inilah yang bisa membuka peluang bagi mahasiswa untuk melatih kesiapan diri saat terjun ke dunia kerja,” ujarnya dalam diskusi tersebut di Koffee Konco, Mall Epiwalk Epicentrum, Jakarta, Selasa (10/11).
Meka menambahkan, mahasiswa juga perlu menjalin networking tak hanya dari dalam kampus. Namun, juga dari luar kampus agar dapat semakin membuka dan menambah wawasan diri. “Mahasiswa bisa ngambil kegiatan di luar saat waktu kosong atau libur, seperti kursus, seminar, ataupun pelatihan-pelatihan. Karena biasanya ilmu tersebut tidak didapatkan dari bangku perkuliahan,” jelas wanita asal Bandar Lampung itu.
Menurutnya, pemerintah pun juga telah cukup memfasilitasi kegiatan para pelajar baik bekerja sama dengan startup-startup guna memajukan pendidikan di Indonesia. Misalnya, bantuan kuota internet untuk belajar via online, akses belajar e-book dan pembelajaran online yang semakin luas, dan lain-lain.
“Hanya saja tinggal Sumber Daya Manusia (SDM)-nya yang perlu dikembangkan. Masyarakat juga masih butuh diedukasi mengenai sistem pendidikan di Indonesia yang semakin berkembang. Tak hanya itu, juga perlu dilakukan sosialisasi berwirausaha agar para lulusan nantinya tidak hanya terfokus pada mencari pekerjaan, tapi juga bisa membuka lapangan pekerjaan baru,” tandas Meka yang juga berprofesi sebagai pengajar freelance itu.
Senada dengan hal tersebut, dalam kesempatan yang sama Andika mengatakan bahwa hal yang perlu ditingkatkan mahasiswa saat kuliah ialah dengan mengikuti pelatihan soft skill. Ia menilai hal ini yang masih kurang merata diberikan bagi pendidikan di tingkat menengah ke atas.
“Tidak semua kampus itu memberikan pelatihan soft skill bagi mahasiswanya. Jadi sebenarnya kesiapan untuk terjun ke dunia kerja itu nggak hanya saat kuliah saja, tapi dari sejak sekolah pun kalau bisa siswa sudah dibumbui dengan materi soft skill agar memiliki gambaran saat terjun di dunia kerja nantinya,” tutur Andika.
Pria lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) itu melanjutkan, pemerintah perlu terus menggalakkan pelatihan-pelatihan basic skills kepada para calon pekerja. Hal ini bisa membantu tenaga kerja Indonesia agar memiliki kompetensi yang baik dan mampu bersaing secara maksimal. “Tidak hanya bagi pemerintah, institusi pendidikan juga perlu bekerja sama untuk mengadakan pelatihan agar dapat melahirkan lulusan yang kompeten di bidangnya,” tambah Andika.
Kegiatan ini dimoderatori oleh Direktur Ekskutif dari Asosiasi Pengusaha Indonesia, Danang Girindrawardana, dan diikuti oleh mahasiswa maupun pekerja yang tergabung dalam diskusi di Koffee Konco. (NIS)
Bagikan :