Jakarta (Unas) – Pusat Pengajian Islam (PPI) Universitas Nasional (Unas) kembali mengadakan kajian ramadhan series kedua secara daring, pada Jumat, (15/04/2022). Kegiatan ini mengusung tema ‘Pengaruh Gerakan Politik Negara-negara Islam pada Geopolitik Kontemporer’.
Sekretaris PPI Unas, Dr. Hendra Maujana Saragih, M.Si., mengatakan, tema yang diusung pada kajian ramadhan kedua ini bertujuan untuk menggali pengaruh negara-negara Islam dan melihat peranan negara tersebut di berbagai agenda internasional dan geopolitik saat ini.
“Negara-negara Islam atau negara dengan penduduk mayoritas Muslim tersebar di berbagai belahan dunia dan menjadi kekuatan yang patut diperhitungkan dalam kancah perpolitikan global,” ujarnya dalam sambutan.
Hadir sebagai narasumber, Dosen FISIP Universitas Mulawarman, Dr. Sonni Sudiar, S.IP., M.A., mengatakan, politik Islam tidak bisa terlepas dari kehidupan Rasulullah SAW. Hal ini sudah dimulai dari momentum hijah Nabi dari Makkah ke Madinah, serta pasca meninggalnya Rasulullah SAW. dan proses pergantian kepemimpinan Islam.
“Politik Islam sudah mulai dikenalkan pada jaman Rasulullah SAW. dan bagaimana cara menentukan kepemimpinan pasca Rasulullah SAW. meninggal, serta bagaimana penyebaran dakwah Islam yang terus membesar sampai ke belahan dunia lainnya,” ujarnya.
Ia melanjutkan, saat ini Islam sudah dilihat sebagai kekuatan politik yang mengglobal dan menguat keberadaannya. Hal ini menjadi problematika yang kerap diantisipasi oleh negara-negara barat. Menurut Sonni, terdapat empat hal yang menjadi sebuah kekuatan bagi Islam dalam entitas politik yakni potensi SDM, potensi SDA, nilai Islam, serta sejarah.
“Dari sisi SDM atau Sumber Daya Manusia, secara kuantitas jumlah populasi Islam itu menduduki posisi kedua setelah umat Kristiani. Kedua, dilihat dari kekuatan Sumber Daya Alam, Islam lahir di negara timur tengah dan memiliki potensi ekonomi yang sangat besar, misalnya SDA minyak di negara Iran, Kuwait, dan Arab,” paparnya.
Sementara faktor ketiga, tambah Sonni, Islam memiliki kekuatan dan prinsip yang sesuai dengan nilai-nilai demokrasi, terdapat pula nilai kemanusiaan, persamaan, dan social justice. Sonni mengatakan, jika nilai-nilai ini dikembangkan dan dipahami sebagai sebuah prinsip kehidupan, maka Islam menjadi luar biasa.
“Keempat ada faktor sejarah. Tidak ada yang bisa mengabaikan bahwa Islam muncul sebagai sebuah entitas politik yang besar sejak jaman khilafah, sehingga, menurut saya keempat kekuatan potensi ini membuat Islam menjadi sebuah kekuatan politik yang sangat diperhitungkan oleh dunia barat,” jelasnya.
Namun, lanjut Sonni, terdapat satu kelemahan yang membuat Islam sangat mudah untuk dipatahkan, yakni soliditas. Islam mudah sekali dimasuki dan disusupi oleh pengaruh luar, sehingga terciptanya konflik antar Islam.
“Problematika politik islam global hanyalah terdapat pada soliditas dunia islam itu sendiri. Di sisi lain, Islam memiliki empat potensi yakni SDM, SDA, value, dan historical yang harus dipahami sebagai sebuah kekuatan,” paparnya.
Sementara itu, Perwakilan Majelis Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI) Unas, Dr. Zainul Djumadin, M.Si., mengatakan, gerakan politik di negara-negara Islam memiliki pengaruh besar terhadap perkembangan negara Islam saat ini.
“Dengan adanya diskusi pada bulan ramadhan ini, semoga bisa menambah pengetahuan kita mengenai islam dan sejarahnya, juga perkembangannya dalam duinia politik serta memahami the power of politic contemporer,” imbuhnya.
Kajian Ramadhan PPI Unas juga diisi pemaparan materi mengenai konsep geopolitik, kaitan dengan geoekonomi, dan pemikiran politik Islam di Timur Tengah oleh Direktur Eksekutif The Indonesian Society for Middle East Studies (ISMES) Akademisi HI Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama), Jakarta, Dr. Ryantori, S.Sos., M.Si. (NIS)
Bagikan :