HarmoniCamp merupakan program yang dihelat oleh Muslim Elders Indonesia dalam memberdayakan pemuda antar-agama sebagai agen toleransi dan pelestari lingkungan. Kegiatan ini akan berlangsung pada 24 – 27 Februari 2025 di Eco Camp Bandung.
Jakarta (UNAS) – Ketua Pusat Pengajian Islam (PPI) Universitas Nasional (UNAS), Dr. Fachruddin M. Mangunjaya, M.Si., berikan pembekalan kepada peserta HarmoniCamp 2025, secara daring melalui zoom, Jumat (21/02). Adapun materi pembekalan tersebut ialah mengenai isu lingkungan yang menjadi poin penting selama program berlangsung.
“Masalah lingkungan yang sering kita hadapi merupakan masalah bersama yang tidak bisa ditangani oleh individu atau satu umat agama. Kita harus berbondong-bondong mengurangi atau menanggulangi isu lingkungan yang kerap terjadi di negara kita,” ucapnya.
Fachruddin menambahkan, upaya mengurangi perubahan iklim sebenarnya telah banyak dilakukan. Namun, usaha tersebut kerap kali tidak berlanjut dalam hal pemeliharaan iklim. “Biasanya kita hanya fokus menanam pohon saja, tetapi lupa bahwa pohon juga harus kita pelihara terus,” lanjutnya.

Dekan Fakultas Biologi dan Pertanian UNAS itu melanjutkan, sains dan agama merupakan dua hal yang saling mendukung. Karena itu, upaya dalam menjaga lingkungan kerap kali disangkut pautkan dengan agama. “Seluruh agama pasti mengajarkan untuk menjaga lingkungan. Agama tanpa ilmu itu buta, dan ilmu tanpa Agama itu lumpuh. Makanya kita harus kuat ilmu dan kuat iman,” tuturnya.
Ia menambahkan, PPI UNAS kini telah bekerja sama dengan 50 pesantren dalam melakukan kegiatan positif di pesantren, khususnya untuk menjaga lingkungan. “Kami juga aktif melakukan kegiatan positif lainnya yang mengkaitkan isu lingkungan dengan agama,” pungkasnya.
Dalam kesempatan yang sama, Direktur Majelis Hukama Muslimin Cabang Indonesia menjelaskan bahwa, kegiatan ini merupakan wadah dialog bagi generasi muda untuk membangun persaudaraan yang ada, dan diikuti dari berbagai pemuda agama dan penganut kepercayaan.
“Nanti generasi muda akan belajar bersama bagaimana berkontribusi dan merawat lingkungan berangkat dari keyakinan masing-masing,” jelasnya.
Ia juga menambahkan bahwa Hukama merupakan wadah berdiskusi bersama, berdialog, belajar, serta memperkuat komitmen untuk membangun persaudaraan di tengah keragaman yang ada.
“Kami membangun dialog dan toleransi dari berbagai komunitas agama dan budaya. Prinsip utama kami adalah bagaimana bersama-sama mencegah konflik, mengatasi konflik, membangun harmoni, dan membangun dialog lintas agama dan peradaban. Ini semua untuk merajut persaudaraan kemanusiaan,” ucapnya.
Dilansir dari laman Instagram @muslimeldersindonesia, Hari Persaudaraan Manusia Internasional (diperingati setiap 4 Februari berdasarkan Resolusi PBB 75/200 dan Piagam Persaudaan Manusia) menegaskan komitmen global untuk memperkuat dialog antaragama dan antarbudaya sebagai fondasi perdamaian. Di tengah ancaman krisis iklim yang semakin nyata, persaudaraan manusia tidak hanya tentang toleransi, tetapi juga kolaborasi lintas iman untuk menyelamatkan bumi sebagai rumah bersama.
Program ini juga sejalan dengan Agenda 2030 PBB, khususnya TPB 13 (Penanganan Perubahan Iklim) dan 16 (Perdamaian dan Keadilan), HarmoniCamp juga dirancang untuk mendukung prioritas pemerintah dalam mewujudkan Asta Cita ke-8, sebagai strategi taktis untuk merealisasikan target pembangunan berkelanjutan, khususnya melalui pemberdayaan pemuda sebagai agen toleransi dan pelestari lingkungan, serta menjadi momentum untuk memperluas semangat Hari Persaudaraan Manusia Internasional ke dalam aksi nyata pemuda. (NIS)
Bagikan :