Jakarta (Unas) – Lembaga Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat (LPPM) Universitas Nasional (Unas) dorong inovasi dan hilirisasi produk riset kampus melalui platform Kedaulatan Indonesia dalam Reka Cipta atau Kedaireka.
Dilansir dari dikti.kemdikbud.go.id, Kedaireka merupakan salah satu upaya Pemerintah RI melalui Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia untuk meningkatkan kolaborasi perguruan tinggi dan industri serta meningkatkan kompetensi sumber daya manusia Indonesia yang unggul.
Wakil Rektor Bidang Penelitian, Pengabdian kepada Masyarakat dan Kerjasama Unas, Prof. Dr. Ernawati Sinaga, M.S., Apt., mengatakan, adanya platform Kedaireka diyakini bisa membantu produk-produk inovasi perguruan tinggi yang tidak bisa terhilirisasi secara optimal.
“Kedaireka ini juga bisa mewujudkan salah satu cita-cita kami untuk memudahkan dalam upaya menyelaraskan temuan penelitian kampus yang sesuai dengan kebutuhan industri saat ini. Mudah-mudahan penelitian di Unas bisa masuk ke dalam program ini sehingga bisa terhilirisasi dengan baik,” tuturnya dalam pembukaan kegiatan sosialisasi platform Kedaireka tersebut, di Ruang Rapat Cyber Library Unas, pada Kamis (24/02) secara hybrid.
Hadir sebagai narasumber, Tim Kajian Kedaireka Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, Eztha Syafira Yaniar mengatakan, program Kedaireka merupakan sebuah platform yang diharapkan dapat membangun kolaborasi antara perguruan tinggi dengan dunia usaha dan industri.
“Melalui Kedaireka diharapkan perguruan tinggi bisa melihat dan memecahkan permasalahan-permasalahan yang ada di dunia kerja dan industri, sehingga bisa melahirkan kerja sama dan kolaborasi yang match dengan tujuan untuk meningkatkan kompetensi sumber daya manusia Indonesia yang unggul,” jelasnya.
Ia menambahkan, Kedaireka berfokus pada perguruan tinggi yang ada dibawah naungan Kemenristekdikti dan dibangun sebagai implementasi dari kontribusi visi kampus merdeka. Kedaireka juga dapat diartikan sebagai usaha dan reka cipta serta dapat diartikan pula sebagai kedaulatan Indonesia dalam Reka Cipta.
Dalam kesempatan yang sama, Tim Kerja Kedaireka Kementristekdikti, Vannya Quinta juga mengatakan, dalam program ini juga terdapat matching fund yang merupakan hibah dana pemerintah untuk melengkapi program hilirasi karya reka cipta perguruan tinggi dengan investor.
“Matching fund sendiri merupakan bentuk nyata dukungan dari Kemendikbud RI untuk penciptaan kolaborasi dan sinergi yang strategis antara pihak perguruan tinggi dengan industri. Dengan adanya dana sebesar total Rp1 triliun, matching fund menjadi salah satu nilai tambah terbentuknya kolaborasi antara dua pihak melalui platform Kedaireka,” katanya.
Vannya melanjutkan, matching fund ini juga diprioritaskan bagi kolaborasi yang berkontribusi terhadap pencapaian 8 Indikator Kinerja Utama (IKU) Perguruan Tinggi yang telah ditetapkan oleh Kemendikbud. Dalam hal ini, Kemendikbud melalui Ditjen Dikti juga akan menilai kelayan program untuk mencapai 8 indikator tersebut.
“Untuk mendaftarkan matching fund, yang pertama pihak perguruan tinggi harus memiliki mitra dan siap berkontribusi, memiliki NIDN atau NIDK bagi dosen, email aktif, serta mitranya sendiri harus memiliki email perusahaan, berbadan hukum, dan telah berdiri minimal 1 tahun,” imbuhnya.
Lebih lanjut, Ia menuturkan bahwa informasi mengenai Kedaireka dapat diakses melalui laman https://kedaireka.id/. Kegiatan ini dimoderatori oleh Ketua LPPM Unas, Dr. Ir. Nonon Saribanon, M.Si. dan dihadiri oleh para dekan serta beberapa perwakilan dari program studi. (NIS)
Bagikan :