Jakarta (Unas) – Program Studi Magister Biologi Sekolah Pasca Sarjana Universitas Nasional (Unas) ajak masyarakat kelola lingkungan berbasis ekopesantren. Menggandeng Muamalat Institute, kegiatan ini merupakan sebuah upaya kepedulian terhadap lingkungan hidup.
Direktur Sekolah Pasca Sarjana Unas, Prof. Dr. Maswadi Rauf, M.A. mengatakan, upaya menjaga dan melestarikan lingkungan hidup merupakan tanggung jawab bersama. Sebagai instituti pendidikan, Unas tengah mencanangkan ekopesantren sebagai bentuk kolaborasi menjaga lingkungan antara perguruan tinggi dan pesantren.
“Melalui ekopesantren, kami berharap lembaga pesantren dapat mengelola dan memanfaatkan lingkungan hidup dengan baik untuk kepentingan masyarakat dan kemajuan pesantren. Kami juga melihat pesantren memiliki potensi yang besar untuk memberikan sumbangsih terhadap lingkungan hidup,” tuturnya dalam Webinar Magister Biologi Unas bertajuk ‘Memperingati Hari Lingkungan Hidup Sedunia’, pada Selasa (15/06).
Senada dengan hal tersebut, Direktur Eksekutif Muamalat Institute Anton Hedrianto mengatakan, dibutuhkan kolaborasi berbagai pihak untuk mengelola lingkungan hidup. Perguruan tinggi dan pesantren merupakan dua lembaga yang bergerak dalam pendidikan dan dapat saling menguatkan untuk melestarikan lingkungan.
“Melalui ekopesantren ini saya harap dapat menumbuhkan rasa kepedulian dan penuh tanggung jawab moral kepada lingkungan sekitar. Pesantren adalah tempat menimba ilmu, muhasabah, dan belajar, mudah-mudahan juga dapat memberikan social impact kepada sekitarnya,” harap Anton.
Hadir sebagai narasumber, Pimpinan Pondok Pesantren Darussalam, Tasikmalaya KH. Ahmad Deni Rustandi, M.Ag juga mengatakan, ekopesantren merupakan sebuah perwujudan fungsi khilafah di pondok pesantren yang harus disekola secara matang, baik potensinya, tantangan dan kendalanya.
“Manusia sebagai khilafah di muka bumi juga harus menciptakan pendidikan yang ramah lingkungan, menciptakan pendidikan yang memakmurkan dan mejaga kelestarian lingkungan pondok, baik dalam pengelolaan dan kurikulumnya,” jelasnya.
Di sisi lain, lanjutnya, penerapan ekopesantren juga masih terdapat tantangan dan kendala, salah satunya ialah masih minimnya jumlah masyarakat yang mengetahui tentang ekopesantren, sehingga dibutuhkan sosialisasi penerapan ekopesantren secara masif dan memilih pesantren yang dapat dijadikan model terbaik.
Dalam kesempatan yang sama, Pimpinan Pondok Pesantren Daarul ‘Uluum Lido, Bogor Ustadz Drs. H. Ahmad Yani, M.Pd. I juga mengatakan, ekopesantren merupakan bagian dari lembaga pendidikan islam yang menekankan pada aktivitas peduli terhadap lingkungan, dengan tujuan agar santri memiliki pengetahuan yang seimbang antara dunia dan akhirat.
“Allah SWT. telah mengamanatkan kepada kita umat manusia sebagai khalifah di bumi untuk terus menjaga lingkungan. Adanya ekopesantren ini dapat memudahkan kita untuk turut membantu melestarikan lingkungan, terutama di daerah pesantren. Semoga ekopesantren dapat terlaksana dengan baik, sehingga senantiasa melakukan pola hidup ramah lingkungan,” imbuhnya.
Dekan Fakultas Biologi Unas, Dr. Tatang Mitra Setia, M.Si. juga mengatakan, dalam upaya kepedulian terhadap lingkungan, terdapat suatu model yang disebut ekopesantren. Menurutnya, istilah ini digunakan untuk memberikan penghargaan kepada pesantren-pesantren yang memiliki kepedulian terhadap lingkungan hidup dan konservasi alam.
“Adanya ekopesantren tersebut diharapkan terususnnya model pengembangan keekonomian kehati dengan pemanfaatan keanekaragaman hayati yang berkelanjutan, dan pengelolaan ekopesantren. Adapun ruang lingkupnya meliputi tanaman pangan dan sayur buah, center of science, dan kewirausahaan,” kata Tatang.
Sementara itu, Dekan Fakultas Pertanian Unas, Ir. Inkorena G.S. Sukartono, M.Agr. juga mengatakan, salah satu hal yang dapat dilakukan untuk menjaga lingkungan ialah dengan pengelolaan sampah dan pengembangan pertanian ramah lingkungan.
“Salah satu bentuk aktivitas dari ekopesantren yang dapat dilakukan ialah dengan belajar mengelola sampah dengan baik, hal ini dapat dimulai dengan melakukan pemilahan sampah berdasarkan jenisnya. Hal ini juga perlu adanya kesadaran dan peran serta masyarakat agar dapat dilakukan dengan baik,” paparnya.
Dilakukan secara online, kegiatan ini dimoderatori oleh Dosen Unas, Drs. Ikhsan Matondang, M.Si. untuk sesi pertama dan Wakil Direktur Sekolah Pascasarjana Unas, Prof. Dr. Firdaus Syam, M.Si. untuk sesi kedua.
Bagikan :