{:id}Ingin Tekan Angka Bunuh Diri, Mahasiswa Jepang Diskusi Agama di UNAS{:}{:en}Japanese Students Held The Discussion Of Religion In Unas, In Order To Suppress The Number Of Suicide In Japan.{:}

{:id}JAKARTA (UNAS) – Suasana di Program Studi Sastra Jepang, Selasa (16/8) tidak seperti biasanya. Ruangan 104 blok 4 penuh dengan mahasiswa dari dua negara, Indonesia dan Jepang. Hari itu, program studi Sastra Jepang kedatangan tamu istimewa yaitu mahasiswa dan dosen dari Universitas Chuo, Jepang. Universitas ini merupakan universitas tertua di Jepang yang berdiri pada tahun 1800-an, dan sudah berumur lebih dari 100 tahun.

Sebanyak 14 orang mahasiswa Universitas Chuo dari Fakultas Studi Kebijakan Publik bertandang ke Indonesia untuk berdiskusi tentang topik yang menarik, yaitu agama. Topik ini dipilih bukan tanpa alasan.

‘’Di Jepang, angka bunuh diri sangat tinggi. Bahkan, Jepang merupakan negara peringkat ke 18 dari 172 negara yang memiliki tingkat bunuh diri tertinggi di dunia. Sedangkan Indonesia, menempati peringkat ke 136. Kami ingin mengetahui apakah agama berperan dalam menekan angka tersebut,’’ ungkap salah satu mahasiswa asal Jepang, Takamitu Suzuki dalam presentasinya. Suzuki tertarik mempelajari Indonesia sejak datang ke negara ini beberapa tahun yang lalu, terutama agama Islam yang menjadi agama mayoritas penduduk di Indonesia.

Masyarakat Jepang, lanjutnya, memandang agama bukan sebagai pedoman hidup. Banyak dari masyarakatnya yang tidak percaya agama. Bahkan, sekolah negeri di Jepang tidak mengajarkan agama kepada siswanya. Berbeda dengan di Indonesia. Di sini, agama diajarkan sejak dini dan tidak sekedar keyakinan semata namun juga sebuah pedoman hidup.

Hal inilah yang membuat para mahasiswa asal Universitas Chuo tertarik. Para generasi muda ini datang ke Universitas Nasional untuk berdiskusi tentang agama. Ketertarikan mahasiswa Jepang terhadap Indonesia, terlihat dari meningkatnya jumlah mahasiswa yang belajar tentang Indonesia di Universitas Chuo.

‘’Di Chuo, saya mengajar tentang Indonesia, bahasa, budaya dan agamanya. Mahasiswa saya sangat tertarik dengan Indonesia, karena sangat berbeda dengan Jepang. Interaksi orang-orangnya, budayanya dan juga agamanya. Ini adalah tahun ke dua saya membawa mahasiswa saya datang ke Indonesia, dan setiap tahun jumlahnya bertambah,’’ ungkap Professor Hisanori Kato, Ph.D, dosen Fakultas Studi Kebijakan Publik, Universitas Chuo, Jepang. Kato merupakan dosen program studi Sastra Jepang Universitas Nasional pada kurun waktu 2004-2009. Tak heran jika pria berkacamata ini sangat fasih berbahasa Indonesia.

Baca Juga :   Beri Pembekalan, Pri Pambudi Ajak Para Lulusan Hukum Jaga Integritas dan Kompetensi Diri

Meskipun terbata-bata, para mahasiswa Jepang ini menunjukkan kemampuannya dalam berbahasa Indonesia ketika melakukan presentasi. Meskipun ada beberapa kata yang salah pengucapannya, apresiasi tinggi diberikan para mahasiswa program studi Sastra Jepang Universitas Nasional kepada mereka. Seperti yang diungkapkan salah satu mahasiswa Jepang ini.

‘’Di Jepang, banyak ada dukun. Dukun memberi ramahan. Ramahan ada yang baik ada yang tidak baik. Kami di Jepang, percaya ramahan baik, tapi tidak yang tidak baik,’’ ungkap salah satu mahasiswa asal Jepang, Ayaka dalam presentasinya. Mahasiswa ini bermaksud menjelaskan tentang ramalan yang diberikan oleh dukun. Tapi alih-alih mengatakan ramalan, dia menyebutnya dengan kata ramahan.

Setelah presentasi mahasiswa Jepang, mahasiswa asal Indonesia juga bergantian menggambarkan kondisi agama di negaranya. Tak hanya melakukan presentasi, mereka pun saling bertukar pertunjukkan budaya. Mahasiswa Indonesia membawakan tarian Jepang dan mahasiswa  Jepang menyanyikan lagu berbahasa Indonesia.

Kegiatan ini merupakan bagian dari Student Forum yang diadakan oleh Program Studi Sastra Jepang Universitas Nasional dengan Fakultas Studi Kebijakan Publik Universitas Chuo, Jepang. Menurut Wakil Ketua Pusat Pengkajian Jepang Universitas Nasional, Uccu Fadilah,  agenda tahunan ini bertujuan untuk mempererat hubungan antara Jepang dengan Indonesia. Tentang topiknya sendiri Uccu memiliki pandangan sendiri.

”Mereka (orang Jepang-red) umumnya tidak percaya agama artinya kepercayaan mereka berbeda dengan kita terhadap agama, kita jelas adanya agama ya adanya tuhan, sedangkan mereka beranggapan semua yang ada disekitar mereka dianggap sebagai tuhan. Jadi kegiatan keberagamaan mereka berbeda dengan kita, dengan cara yang berbeda mereka menunjukan bahwa mereka mempercayai kekuatan tuhan,” ungkap Uccu.

Namun, antusiasme mahasiswa Jepang tidak hanya terkait dengan agama. Menurut dosen Sastra Jepang ini, mahasiswa Jepang sangat tertarik terhadap Indonesia. Pasalnya, lanjut dia, Indonesia merupakan negara yang sangat majemuk. ”Kemajemukan akan budaya, agama, bahasa yang menjadi daya tarik bagi mereka. Kerena itu mereka ingin datang langsung dan belajar langsung di UNAS, kerena UNAS dapat dikatakan  merupakan Universitas yang majemuk, sebab mahasiswa kita datang dari berbagai daerah,” imbuhnya.

Ke depannya, Uccu berharap program kerjasama dengan Universitas Chuo, Tokyo Jepang akan diperluas tidak hanya sampai Student Forum tetap merambah pada terealisasinya kerjasama pertukaran mahasiswa antara UNAS dan Universitas Chuo.{:}{:en}The atmosphere at Japanese literature studies program, on tuesday 16 august 2016 is not as usual. Students from two countries Indonesia and Japan have gathered together in 104 room at block 4. That day, Japanese literature studies program has arrived a special guest that consist of lectures and students from Chuo University of Japan.  The Chuo University that located in Japan, is the oldest university, it has been established for 1800s it was over than 100 years old.

Baca Juga :   Yudisium FISIP 2016

A total of 14 students from the faculty of public policy in Chuo University came to Indonesia for discussing  an interesting topic, namely religion. This topic hasn’t chossen without reason.

“In Japan the number of suicide was very high based on the data Japan state their position into 18 from 172 countries that has the highest number of suicide in the world. While Indonesia position is 136 from 172 countries. We will know if the religion plays an important effect  in order to reduce this number,” said Takamitu Suzuki one of the Japanese students during his presentation. Suzuki was interested in exploring Indonesian culture since coming to this country few years ago. Specially Islam, which became a majority religion in Indonesia.

Japanese society, he added look the religion not as a way of life. Many Japanese society don’t believe in religion even public school in Japan do not teach the religion to their students, different from Indonesia. Here, religion has been taught since early stage and became a way  of life not just faith alone.

this point that made students from Chuo University were interested in religion. The younger generation  came to the National University  to discuss  about religion. The  Japanese students  were attracted in Indonesian culture it seems from the increasing number of students that studied in Chuo University.

“ In Chuo, I Have been teaching about Indonesian language, culture and their religion. My students are very interested in Indonesia because, it is very different from Japan like interaction of the people, culture and religion. This was my second year I brought my students came to Indonesia and the number was increasing every year,” said professor Hisanori Kato, Ph.D, the lecturer from faculty of Japanese literature  during the period 2004-2009 in Unas. No wonder if the bespectacled man was very fluent in Indonesian.

Baca Juga :   Profesi Ners Gelar Pelatihan BTCLS Gelombang VII Kerjasama Dengan EMT 911

Although haltingly, the Japanese students have demonstrated the Indonesian language while doing their presentation.  Although there are several wrong word pronunciation , The students from the Japanese faculty of letters in national university  gave the highest appreciation to their guest students.  As expressed by one of these Japanese students.

“In Japan, there are many shaman. Shaman gave the ramahan there is a good and bad result about ramahan. We are in Japan believe the ramahan if it was good, but wasn’t believe if it was bad,”  said one student from Japan, Ayaka during her presentation.  She intends to explain about forecast that given by shaman. But instead of saying the ramalan, she called it ramahan.

After the Japanese students doing their presentation, students from Indonesian university also give their presentation about the condition of their religion in their country. Not only doing their presentation , they also change their cultural performances. The students from Indonesia perform the Japanese dance while the Japanese students sing a song  in Indonesian language.

This activity is a part of the students forum program that held by Japanese faculty of literature at unas with the faculty of policy studies from Chuo University, Japan. According to vice chairman from the center of assessment Japanese studies  at unas, Uccu Fadhilah this activity is an annual event that held by unas collaborate with Chuo University.

“ The goal is to strengthen the relationship between Japan and Indonesia.  Furthermore, we also want our students could learn directly about Japanese culture and language. This activity is an annual event  that we will continued to proceed in the future,” she said.

 

 {:}

Bagikan :

Info Mahasiswa

Related Post

BPM Gelar Simulasi Tahap 1 Akreditasi Khusus Prodi S1 Kebidanan dan Pendidikan Profesi Bidan
Workshop Teknik Fisika Kenalkan Teknologi Lintas Bidang
Booth Universitas Nasional Ramai Pengunjung Dalam Pekan Pendidikan Tinggi ke -19
DUKUNG PENDIDIKAN BERBASIS ONLINE, UNAS KENALKAN HYBRID LEARNING MAGISTER BISNIS
IT FUN 4.0 beri Workshop Untuk Pecinta Teknologi
HIMAJIP Ajak Generasi Muda Lakukan Diskusi Koalisi Partai Menuju Pilpres 2024

Kategori Artikel

Berita Terbaru
Berita

Prodi HI dan AIHII Gelar Seminar Nasional: “BRICS dan Indonesia: Peluang, Tantangan, dan Strategi Kolaborasi Global” Jakarta (UNAS) – Program

Read More »

Jadwal pelaksanaan PLBA T.A 2024/2025

Hari : Kamis 

Tanggal : 19 September 2024

Pukul : 07.00 – 17.00 WIB

Auditorium Universitas Nasional

FAKULTAS

  1. FISIP
  2. FAKULTAS BAHASA DAN SASTRA
  3. FAKULTAS TEKNIK DAN SAINS
  4. FAKULTAS TEKNOLOGI  KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA

Hari : Jum’at

Tanggal : 20  September 2024

Pukul : 07.00 – 16.00 WIB

Tempat : Auditorium Universitas Nasional

FAKULTAS

  1. FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
  2. FAKULTAS HUKUM
  3. FAKULTAS ILMU KESEHATAN
  4. FAKULTAS BIOLOGI DAN PERTANIAN

Tempat : Auditorium Universitas Nasional

Chat with Us!