JAKARTA – Dua mahasiswa Program Studi Sastra Jepang Universitas Nasional (UNAS) bertandang ke Jepang untuk mewakili UNAS dalam program Duta Sipil atau Minkan Taishi, pada 22 Oktober hingga 3 November 2018. Ialah Sofian Hardi dan Evita Gabriela, kedua mahasiswa tersebut merupakan mahasiswa terpilih yang berhasil lulus serangkaian seleksi berkas, mengarang, dan wawancara.
Minkan Taishi merupakan program pertukaran budaya Indonesia-Jepang yang dilakukan oleh mahasiswa Indonesia kepada beberapa pelajar di Jepang. Proses pertukaran ini dilalui melalui presentasi budaya Indonesia. Dalam program ini, kedua mahasiswa tersebut melakukan presentasi kepada anak-anak Sekolah Dasar dan mahasiswa Universitas Chuo, Tokyo. “Kami mengenalkan Bhinneka Tunggal Ika, populasi masyarakat Indonesia, budaya Indonesia, semuanya dengan menggunakan bahasa Jepang,” ujar Sofian.
Sebelum berangkat ke Jepang, mereka mengikuti training terlebih dahulu selama 6 bulan dan mempersiapkan naskah presentasi yang akan ditampilkan. Program gratis ini telah berjalan selama 10 tahun lamanya di UNAS dan selalu mengirimkan dua mahasiswanya selama periode berjalan.
Sambil melakukan pertukaran budaya, lanjut Sofian, ia menggunakan pakaian adat Sumatera Selatan dan menampilkan tarian Bujang Gadis serta memperkenalkan lagu nasional Indonesia Pusaka yang kemudian diajarkan kepada anak-anak SD di beberapa sekolah seperti di kota Tokyo dan Shizuoka.
Selain melakukan pertukaran budaya, kedua mahasiswa tersebut juga mengamati dan mempelajari aktivitas masyarakat Jepang. “Kami belajar bagaimana anak-anak di Jepang bisa tertib dan disiplin, nggak buang sampah sembarangan, dan semua itu balik lagi ke pelajaran mereka di SD karena yang paling utama adalah etika. Lebih hebatnya lagi mereka dari kecil sudah diajarkan bertanggung jawab dari hal-hal kecil seperti membersihkan meja makan sendiri, dan lain-lain,” imbuh pria penyuka Doraemon ini.
Selama 12 hari di Jepang, mereka juga diberi kesempatan unuk homestay di rumah penduduk setempat. Dalam hal ini, mereka merasakan secara langsung bagaimana kehidupan masyarakat Jepang mulai dari pagi hari hingga malam. Menurut Evita, ini adalah pengalaman barunya untuk mempelajari budaya Jepang.
“Saya senang karena melalui program ini, saya nggak hanya bisa belajar bahasa Jepang di kelas saja saat kuliah, tapi juga bisa langsung terjun ke budayanya di Jepang dan semua pengalaman ini saya dapatkan dengan gratis,” paparnya. Selama homestay, tambah Evita, ia diajak mengunjungi Tokyo Tower dan museum Edo. Pada malamnya, ia diajak berpetualan ke Shinjuku dan melihat kehidupan malam masyarakat Jepang.
Lain halnya dengan Evita, Sofian pun selama homestay juga memiliki pengalaman unik. Ia diajak mengunjungi Disney Land, Tokyo Sky Tree, dan berkuliner hingga mencicipi Yakiniku bersama keluarga homestaynya. “Rasanya seperti keluarga sendiri, mereka sangat ramah dan antusias banget menyambut kami ke rumahnya,” jelas Sofian. Ia berharap, untuk kedepannya program ini dapat terus berlanjut dan dapat menciptakan hubungan yang baik antara Indonesia-Jepang, khususnya dalam bidang pendidikan dan pertukaran budaya.
Sementara itu, Evita berharap, prodi Sastra Jepang UNAS dapat terus menambahkan program-program pertukaran budaya sehingga mahasiswa lainnya dapat mendapatkan pengalaman yang berbeda selama kuliah. “Melalui program ini kami mahasiswa dapat langsung terjun ke masyarakat dan saya pikir ini hal yang baik untuk dapat memotivasi mahasiswa lainnya,” terangnya.(*NIS)