JAKARTA – Menjadi salah satu materi terpenting pendidikan karakter bagi mahasiswa baru Universitas Nasional (UNAS), materi Inovasi dan Critical Thinking menjadi penutup diantara tiga materi lainnya yaitu Akademik, Hak dan Kewajiban, serta Kegiatan Kemahasiswaan, pada 22 dan 24 Februari 2018. Berlangsung pukul 14.30 hingga 16.00 WIB, materi ini merupakan materi baru dan berbeda dari Character Building tahun sebelumnya.
Materi Inovasi dan Critical Thinking berbicara mengenai bagaimana menjadi seseorang profesional dan sukses selama menjadi mahasiswa. Salah satu instruktur dalam materi ini, Ir. Asmah Yani, M.Si. mengatakan dalam presentasinya bahwa berpikir kritis merupakan suatu kemampuan untuk menganalisis fakta, mencetuskan gagasan, menarik kesimpulan, dan memecahkan masalah.
“Berpikir kritis lain dengan mengahafal. Orang yang berpikir kritis pasti mampu menyimpulkan dari apa yang dia ketahui, tahu bagaimana cara memecahkan masalah, dan mencari sumber-sumber informasi yang relevan,” ujarnya.
Ia menambahkan, seseorang yang berpikir kritis tidak menerima begitu saja dari fakta yang ada. Menurutnya, salah satu cara mahasiswa agar dapat berpikir kritis adalah dengan melakukan diskusi, diskusi merupakan bentuk komunikasi dua arah yang dapat menuntut mahasiswa berprilaku aktif sehingga bisa melontarkan permasalahan dan menanggapinya.
Dalam akhir presentasinya, Asmah yang juga dosen kewirausahaan itu menyampaikan, orang yang berpikir kritis secara kreatif dapat mengubah masalah menjadi solusi. “Setiap orang memiliki daya pikir yang berbeda-beda, dan seseorang dengan daya ingat yang baik tidak berarti orang itu sebagai pemikir kritis,” imbuhnya.
Sementara itu, salah satu peserta Character Building, Wardatul Luthfiyyah, mengatakan bahwa materi yang diberikan dalam CB sangat menarik. “Melalui materi tadi, aku bisa belajar bagaimana cara memahami seseorang dan bagaimana kita terlebih dahulu mengkritik diri kita sebelum mengkritik orang lain,” tandasnya.
Mahasiswi program studi Bahasa Korea itu mengaku tertarik dapat mengikuti CB hingga akhir, “Lebih bagus sih daripada ospek. Kalau ospek mungkin lebih keras ya dan kalau CB ini kita benar-benar di didik dan dikasih wawasan yang luas gitu,” tutupnya.(*NIS)
Bagikan :