Mudik dalam Perspektif Sosiologi: Tradisi, Identitas, dan Mobilitas Kaum Urban

Bagi kaum urban, mudik memiliki makna yang lebih kompleks karena mencerminkan dinamika kehidupan masyarakat perantauan. Fenomena ini dapat dianalisis melalui teori mobilitas sosial yang menjelaskan bagaimana individu berpindah dari satu kelas sosial ke kelas lainnya dalam struktur masyarakat. Sebagai pendatang di kota besar, kaum urban sering kali dihadapkan pada tantangan integrasi budaya, sehingga mudik menjadi cara untuk menegaskan identitas sosial mereka. Dalam teori interaksi simbolik George Herbert Mead, mudik juga dapat dipahami sebagai simbol dari pencapaian ekonomi dan keberhasilan hidup di perantauan. Melalui perjalanan mudik, para perantau tidak hanya kembali ke kampung halaman, tetapi juga membawa serta status sosial baru yang diperoleh dari kehidupan urban mereka.

Situasi Mudik yang ada di stasiun kereta

Dari perspektif fungsionalisme struktural Talcott Parsons, mudik memiliki peran penting dalam menjaga stabilitas sosial melalui mekanisme rekoneksi emosional dan sosial. Bagi kaum urban yang hidup di lingkungan heterogen dan kompetitif, pulang ke kampung halaman memberikan kesempatan untuk kembali pada nilai-nilai kolektif yang lebih harmonis. Selain itu, mudik juga mencerminkan konsep ritual kolektif dari Clifford Geertz, di mana perjalanan ini tidak hanya menjadi ajang pertemuan keluarga, tetapi juga sebagai bentuk ekspresi budaya yang memperkuat rasa kebersamaan. Dengan demikian, tradisi mudik berfungsi sebagai jembatan antara kehidupan modern yang individualistis dan akar budaya yang berbasis komunal.

Baca Juga :   Lakukan Bina Desa, HIMAGRO Paparkan Cara Pemanfaatan Limbah Organik untuk Ketahanan Pangan

Dalam konteks ekonomi dan budaya, mudik juga menjadi fenomena yang berdampak luas terhadap kehidupan masyarakat perkotaan maupun pedesaan. Berdasarkan konsep globalisasi budaya, mudik mencerminkan bagaimana perantau membawa serta budaya kota ke desa, menciptakan pertukaran sosial yang dinamis. Banyak daerah yang menggantungkan perekonomiannya pada arus mudik, di mana konsumsi meningkat secara signifikan selama periode ini. Selain itu, teori kapital sosial yang dikembangkan oleh Robert Putnam menjelaskan bahwa mudik memperkuat jaringan sosial yang dapat dimanfaatkan dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk ekonomi dan pendidikan. Oleh karena itu, mudik bukan hanya tradisi personal, tetapi juga memiliki dampak makro dalam sistem sosial yang lebih luas.

Di Universitas Nasional, Program Studi Sosiologi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) mengkaji berbagai fenomena sosial, termasuk budaya mudik, dengan pendekatan akademik yang mendalam. Sebagai universitas swasta pertama di Jakarta, UNAS berkomitmen untuk memberikan pemahaman yang komprehensif terhadap berbagai fenomena sosial melalui kajian sosiologi kritis dan terapan. Mahasiswa Sosiologi UNAS didorong untuk melakukan penelitian mengenai dinamika sosial masyarakat urban dan tradisi budaya seperti mudik guna memahami pergeseran pola sosial di era modern. Dengan kurikulum yang berbasis riset dan kajian teoritis, mahasiswa UNAS dapat menganalisis bagaimana perubahan sosial terjadi di tengah globalisasi dan modernisasi. Dengan demikian, lulusan Sosiologi UNAS diharapkan mampu memberikan kontribusi nyata dalam memahami dan memecahkan berbagai permasalahan sosial yang ada di masyarakat.(*MPR)

Bagikan :

Info Mahasiswa

Related Post

Pusat Inkubator Wirausaha Mandiri UNAS Ajak Mahasiswa Berbisnis di Era Milenial
Mahasiswa UNAS Bidik Kalpataru
Tingkatkan Capaian IKU-6, Biro Administrasi Kerjasama UNAS Percepat Proses Integrasi Aplikasi Sistem Pelaporan
Rayakan Dies Natalis Ke -74 Unas Fest 2023 Kembali di Gelar
Respon Hasil KTT G20 Bali, Prodi HI UNAS Selenggarakan Seminar Nasional Bertajuk Peacebuilding, Stop War and Strengthen Global Cooperation
Tindak Lanjut Sosialisasi Fatwa MUI No. 4 tahun 2014, PPI UNAS Lakukan evaluasi dan monitoring di Sekitar SM Rimbang Baling

Kategori Artikel

Berita Terbaru
Chat with Us!