Cemara Sumatra (Taxus sumatrana) mengandung senyawa kimia antikanker, paclitaxel. Tahun 2017 omzetnya mendekati 80 juta dolar AS. Disayangkan, semua perusahaan yang bergerak dalam pengembangannya adalah perusahaan asing. Segmen pasar yang mereka perebutkan saat ini antara lain untuk pengobatan kanker kandungan, kanker servix, dan kanker payudara. Copntoh lain, kulim (Scorodocarpus borneensis) adalah tumbuhan langka Indonesia. Pada tahun 2015, peneliti Indonesia membuktikan bahwa buah kulim mengandung scorocarpine B penghambat pertumbuhan sel kanker darah. Tetapi sampai saat ini belum ada perusahaan nasional yang memanfaatkannya.
Rotan Jernang (Daemonorops draco). Tersebar luas di Sumatera dipakai secara turun-temurun oleh suku Anak Dalam dan Talang Mamak. Namun pemanfaatannya hanya sebatas untuk pewarna alami. Cina membeli getah jernang dari Indonesia dan diolah lebih lanjut menjadi dracorhodin perchlorate dan dijual dengan harga sekitar
$12,900 per gram. Senyawa kimia ini berkhasiat untuk mengatur perbanyakan sel fibroblast yang ada kaitannya dengan penyembuhan luka. Dracorhodin juga dilaporkan menjadi kandidat untuk penyembuhan kanker payudara, prostat dan kanker usus.
Ikan Channa. Secara tradisional dimanfaatkan oleh berbagai suku di Indonesia untuk meningkatkan stamina dan mempercepat penyembuhan luka pascaoperasi dan telah terbukti bersifat hepatoprotektif (mencegah kerusakan hati) dan dapat mempercepat penyembuhan luka diabetes melalui peningkatan proliferasi sel-sel fibroblas, neovaskularisasi, dan disposisi kolagen. Ekstrak ikan-ikan ini dapat diolah menjadi nutrasetikal yang bernilai ekonomi tinggi. Namun, Kembali, ini pun belum ada perusahaan nasional yang berminat mengembangkannya menjadi obat moderen.
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) berhasil mengumpulkan sumber daya genetika mikroba dari berbagai tipe ekosistem di Indonesia. Puluhan ribu isolat mikroba kini disimpan di Pusat Penyimpanan Mikroba di Cibinong Science Center LIPI. Banyak jenis bahkan genus baru yang ditemukan. Berdasarkan dokumen ilmiah dan dokumen paten yang ada, jenis-jenis mikroba yang ada dikoleksi InaCC mempunyai potensi untuk bahan baku obat antikolesterol, antibiotik, antivirus, antitumor, antineoplastik, penstabil obat/ makanan/kosmetik, dan bahkan untuk pelapis cat dan untuk mendegradasi plastik. Sampai saat ini belum ada perusahaan nasional yang memanfaatkannya.
Biota laut telah menjadi sumber lebih dari 20,000 bahan alam dan menjadi gudang penemuan obat baru di dunia. Baru-baru ini, dilaporkan bahwa siput laut, Conus sp., menghasilkan racun, ziconotide bahan baku obat penghilang rasa sakit dengan keampuhan 1000 kali dari morfin. Ziconotide tidak menimbulkan kecanduan dan tidak menyebabkan toleran pada pasen. Ziconotide sekarang dijual dengan harga $6,500.000 per gram. Indonesia dengan keberagaman biota laut termasuk berbagai jenis siput laut mempunyai peluang untuk dikembangkan menjadi bahan baku industri obat, mendulang manfaat untuk kesejahteraan rakyat. (MPR)
Bagikan :