JAKARTA (UNAS) – Pakar dan Penggiat Teknologi Infomasi di Indonesia, Onno W. Purbo mengatakan saat ini pendidikan formal perlu meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Hal ini dikarenakan adanya kehidupan sosial manusia yang tengah digaungkan dengan teknologi berbasis Internet of Things (IoT).
“Saat ini IoT di Indonesia sedang gencar-gencarnya, namun sayang dari sisi SDM kita kekurangan orang. Misalnya kurikulum pendidikan formal dan juga kualitas pengajar di kampus dan sekolah yang belum melek elektronik dan software sehingga masih ketinggalan jauh sekali,” ujarnya dalam Seminar Nasional bertajuk ‘Internet of Things : Smarter Way to Live in Education’ di Universitas Nasional, Jakarta, Jumat (14/12). Seminar ini merupakan rangkaian dari kegiatan UNAS Digital & Cultural Festival.
Untuk mengembangkan teknologi tersebut, lanjut Onno, para guru dan dosen terlebih dahulu harus menyadari akan pentingnya IoT dalam kehidupan sehari-hari. Cara lainnya adalah dengan memperbanyak praktik dan belajar dari orang lapangan, tidak hanya teori saja yang dikembangkan dalam pengajaran.
“Kuncinya ada di mereka. Dosen dan guru harus menguasai ilmunya dulu, baru mereka mengaplikasikannya ke para pelajar. Ini perlu pengajaran yang lebih luas dan mendalam, mereka juga bisa menggelar seminar-seminar, menghadirkan pakar, karena IoT nggak hanya bisa didapatkan dari pendidikan formal,” imbuhnya.
Ia menambahkan, pemerintah perlu mengubah kurikulum pendidikan untuk bersaing di era IoT. Selain itu juga perlu menghasilkan SDM teknik yang banyak untuk kebutuhan industri. Menurutnya, sekarang ini SDM teknik masih memiliki jumlah yang kecil dibandingkan dengan total seluruh mahasiswa di Indonesia.
“Perbanyak SDM yang doyan ngoprek, perbaiki kurikulum supaya tidak teori saja tapi harus banyakin praktik, perbaiki ekosistem biar yang suka ngoprek-ngoprek ini bisa berkembang, dan yang pastinya mendukung industri manufaktur,” jelasnya.
Menurut pria asal Bandung itu, potensi Indonesia dalam pengembangan IoT begitu besar. Dari sisi hardware, pasar Indonesia sangat banyak dan bisa memfasilitasi kebutuhan para makers dengan stok harga yang sangat terjangkau. Sementara dari sisi perangkat lunak juga sudah sangat banyak dan masih gratis untuk dinikmati siapa saja.
“Jadi gini, pasar udah ada, industri udah berkembang, sayang kalau Indonesia nggak bisa. Jangan sampai malah yang menikmati vendor-vendor di luar negeri. Sekarang kuncinya ada di manusia, bukan yang punya komputer dan jaringan yang paling bagus, tapi kita perlu orang pintar buat turun ke lapangan untuk mengoperasikan ini semua,” terangnya.(*NIS)
Bagikan :