Samonta – (Unas) – Peneliti Universitas Nasional melakukan studi potensi keanekaragaman hayati meliputi flora dan fauna di kawasan Cagar Biosfer Samota, Nusa Tenggara Barat. Adapun fokus riset untuk flora yaitu terkait dengan tumbuhan ziziphus sedangkan untuk fauna sendiri difokuskan kepada hewan endemik yang ada di Samota.
“Pada kesempatan ini, kita melakukan riset terkait studi potensi keanekaragaman hayati meliputi flora dan fauna yang terdapat di kawasan Cagar Biosfer Samota. Kemudian dari situ kami akan memfokuskan kepada beberapa tumbuhan dan hewan yang dapat menjadi produk unggulan,” ujar Ketua LPPM Unas Dr. Ir. Nonon Saribanon, M.Si., saat diwawancarai oleh tim Humas Unas, pada Senin, (9/8) di Samota, Nusa Tenggara Barat.
Ia menambahkan, untuk tahun ini fokus kajian flora yaitu tentang bidara atau ziziphus. Buah ziziphus ini pemanfaatannya masih sangat rendah oleh masyarakat sehingga hal itu perlu menjadi perhatian. “Kedepannya produk ini diharapkan dapat menjadi produk unggulan di kawasan cagar biosfer samota untuk mendukung pembangunan daerah dan juga kesejahteraan masyarakat”, katanya.
Kegiatan riset yang dilakukan selama sembilan hari ini dimulai sejak 31 Juli 2022 sampai 08 Agustus 2022. Adapun lokasi studi dilakukan di Batu Lanteh, Teluk Saleh, Pulau Moyo, Pulau Satonda, Tambora, dan Pulau Medang.
Studi ini didukung oleh hibah penelitian dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, Dan Teknologi Republik Indonesia yang juga berkolaborasi dengan berbagai pihak antara lain dengan CBCD Rutgers University USA, NIH Fogarty International Center dan Asia-Pacific Network For Global Change Research.
“Semoga riset-riset yang dihasilkan akan semakin baik dan bermanfaat untuk pembangunan”, pungkas Nonon.
Koordinator Tim Flora Prof. Dedy Darnaedi menyampaikan bahwa pada studi kawasan cagar biosfer samota ini, Ia bersama tim telah menemukan bidara atau ziziphus. Ia juga mengatakan akan mencoba memanfaatkan buah ziziphus yang memiliki kandungan berbagai vitamin dan antioksidan.
“Karena itu kita ingin memanfaatkan dan diharapkan masyarakat bisa terlibat bisa berpartisipasi untuk memanfaatkan buah bidara yang ada disini,” ucapnya.
Ia juga mengungkapkan bahwa telah menemukan ziziphus timoriensis yang menurut laporan hanya pernah satu kali ditemukan di daerah timur. “Dan kita menemukan disini (Indonesia bagian tengah) tapi penelitian akan berlanjut apakah betul itu record baru untuk samota ataukah sudah ada sebelumnya kalau itu record baru maka itu sangat menarik untuk mengisi kelengkapan penelitian kita tentang potensi ziziphus ini atau bidara,” kata Prof. Dedy Darnaedi yang juga Guru Besar Biologi Unas.
“Saya kira kita akan terus melakukan explorasi dan pengamatan lebih detil karena ada variasi-variasi di bawah spesies ada yang berduri ada yang tidak ada yang buahnya besar ada yang buahnya bulat ada yang manis daunnya lebar daunnya kecil nah itu kita harus lihat variasinya bukan hanya vegetasinya tapi diharapkan kita akan melihat keanekaragaman molekuler DNA sehingga kirta mengambil sampel juga untuk analisa molekuler”, jelas Dedy.
Sementara itu, Koordinator Tim Fauna Dr. Tatang Mitra Setia, M.Si., mengatakan bahwa fauna yang ada di kawasan Cagar Biosfer Samota sangat menarik. Bersama dengan tim, Ia telah menemukan 65 jenis burung serta beberapa jenis herpet dan mamalia.
“Samota itu yang terdiri dari pulau-pulau yang merupakan barrier untuk distribusi fauna dan itulah menariknya tim fauna mengamati itu semua,” jelasnya.
“Cukup menarik fauna di Samota karena ini merupakan fauna perbatasan antara Indonesia barat dan Indonesia Timur,” ungkap Tatang.
Sejak tahun 2020, Universitas Nasional sudah memulai riset di kawasan Cagar Biosfer Samota. Pada riset tahun 2020, Unas menekankan pada pengelolaan kelembagaan dari Cagar Biosfer Samota. Dari kajian itu menghasilkan model stakeholder engagement dalam pengelolaan Cagar Biosfer Samota. (*DMS)
Bagikan :