Jakarta (UNAS) – Himpunan Mahasiswa Biologi (HIMABIO) dan Badan Semi Otonom (BSO) Biologi Universitas Nasional bekerjasama dengan Fakultas Biologi – Universitas Nasional, Rumah Alumni Fabiona’81 (RAFA’81), Indonesia Ecotourism Network (INDECON) dan Yayasan KEHATI menyelenggarakan Webinar dalam rangka memperingati “Hari Keanekaragaman Hayati Dunia”. Webinar yang diselenggarakan pada Sabtu (22/ 5) mengangkat tema “Beragam Cara Melestarikan Keanekaragaman Hayati”.
Kegiatan Webinar mengundang narasumber yang berkompeten dalam bidangnya seperti ; Willy Ekaryono, Fotografer Satwa Liar Handal & Penulis Buku Panduan Edukasi Mengenai Satwa, Gayatri Reksodihardjo, Founder Yayasan Lini Dalam Melestarikan Keanekaragaman Hayati Laut, Ary S. Suhandi, Founder Indonesia Ecotourism Network (INDECON) mengelola Sumber daya alam melalui ekowisata dan Ahmad Baihaqi, dari Yayasan KEHATI yang Mendorong Lahirnya Pejuang Konservasi Keanekaragaman Hayati Indonesia.
Pada materinya, Willy Ekaryono menjelaskan bahwa salah satu cara untuk melestarikan keanekaragaman hayati menggunakan foto. “menjadi fotografi bisa untuk melestarikan keanekaragaman hayati, selain gambar juga harus ada narasinya, “jelasnya.
Willy juga mengajak peserta webinar untuk mendukung upaya konservasi melalui karya foto, “ Kita dukung upaya konservasi melalui karya foto, kegiatan karena foto merupakan satu media penyeberluasan informasi dan edukasi termasuk dalam konservasi keanekaragaman hayati juga bisa sebagai media publikasi dan keanekaragaman hayati akan abadi dalam foto,” jelasnya.
Senada dengan Willy Ekaryono, Ary S. Suhandi juga menyarankan untuk membangun sumber daya manusia dan merubah pola pikirnya, “ menurut saya ecotourisme itu perlu, dengan membangun sumber daya manusia, merubah cara berfikirnya. Adanya Ecowisata itu merawat warisan budaya dan itu harus dikelola dengan baik,” tambahnya.
Keanekaragaman hayati digunakan untuk mengukur kesehatan sistem biologi, artinya semakin beragam organisme yang ditemukan, maka semakin sehat pula sistem tersebut. Makhluk-makhluk hidup yang kita lihat saat ini, seperti burung, kucing, anjing, dan ayam, merupakan hasil evolusi organik yang terjadi selama 3,5 miliar tahun. Untuk menjaga keseimbangan ekosistem, keanekaragaman hayati perlu dijaga.
Pada kesempatan yang sama, Gayatri Reksodihardjo juga memaparkan bahwa ancaman terhadap keanekaragaman hayati dan ekosistemnya ada dua yaitu secara natural dan Antrhopogenic atau ulah manusia, “ancaman terhadap keanekaragaman hayati dan eskositemnya kita bisa menandakan ancaman itu secara natural dan Antrhopogenic atau ulah manusia. Secara alami bisa gempa bumi atau bencana alam lainnya, dan Antrhopogenic atau kegiatan manusia yang menyebabkan pemanasan global, pemanfatan yang tidak berkelanjutan seperti plastic dampak ini yang sangat di khawatirkan adalah peningkatan dari suhu”, paparnya.
Sementara itu, Ahmad Baihaqi, dari Yayasan KEHATI mengajak generasi muda untuk pelestarian dan pemanfaatan keanekaragaman hayati secara berkelanjutan. “Yayasan KEHATI melalui Biodiversity Warriors melibatkan generasi muda dalam aksi pelestarian dan pemanfaatan keanekaragaman hayati secara berkelanjutan.Salah satu kegiatan yang dilakukan adalah BW in Field yaitu Capture Nature (Capnature). Capnature merupakan kegiatan mendata, mengidentifikasi dan mendokumentasikan keanekaragaman hayati di ruang terbuka hijau sekitar kita.Kemudian, hasil pendataan dan dokumentasi tersebut diberikan kepada stakeholder terkait termasuk Pemprov DKI Jakarta” ungkapnya.
Pria berkacama tersebut juga berharap hasil pendataan dan dokumentasi tersebut bisa dimanfaatkan Pemrov DKI, ” Harapannya, data tersebut dapat menjadi bahan pertimbangan dan evaluasi Pemprov DKI Jakarta dalam melakukan pembangunan di Jakarta”. pungkasnya.
Kegiatan Webinar dalam rangka memperingati “Hari Keanekaragaman Hayati Dunia” dibuka oleh Dekan Fakultas Biologi Dr. Tatang Mitra Setia, M.Si dan di hadiri oleh lebih dari 300 peserta. *(TIN)
Bagikan :