Jakarta (UNAS) – Kurangnya media mainstream mengangkat isu pertanian dan perlukan isu pertanian dari media agar menjadi hal yang tidak luput dari perhatian. Isu pertanian muncul ketika dalam momentum tertentu. Hal itu, juga kurangnya media mainstream mengangkat isu-isu pertanian di dalam agenda media. Padahal, isu pertanian menjadi suatu hal yang penting.
“Berita pertanian menurut saya penting karena menyangkut hajat hidup orang banyak seperti para petani. Karena menyangkut hidup orang banyak mestinya media menempatkan sektor pertanian atau memberikan tempat di rubrik-rubrik media,” kata Kepala Laboratorium UNAS TV Asep Rakhmat Iskandar, S.H., M.H., dalam webinar Advokasi dan Jurnalistik “Peran Advokasi dan Jurnalistik Terhadap Isu Pertanian Masa Kini” Rabu, (13/10).
Ia menambahkan bahwa isu-isu pertanian kurang dianggap penting oleh para media dan luput dari perhatian. Namun, lanjutnya, isu tersebut akan diangkat oleh media jika ada laporan dari lembaga swadaya masyarakat.
Lebih jauh ia memaparkan masalah-masalah dalam jurnalisme pertanian adalah kurangnya kompetensi wartawan dalam bidang pertanian. “Sehingga ketika seorang jurnalis tidak berlatar belakang pendidikan di jurusan pertanian, misal dia dari jurusan ekonomi. Maka dia akan membuat berita pertanian yang cenderung mengarah ke arah perekonomian, atau ketika dalam bahasan masalah tertentu di bidang pertanian dia kurang mengupasnya secara detail dan tajam, atau bisa saja mengupasnya seenaknya tanpa berdasar fakta yang ada,” ucapnya.
Hal kedua yang menjadi masalah adalah kurangnya kepekaan wartawan terhadap isu-isu pertanian dan lebih mementingkan isu-isu lain seperti ekonomi dan politik. Ketiga yaitu kurangnya informasi yang menarik dari isu pertanian sehingga media tidak ingin mengangkat masalah pertanian. Dan terakhir adalah kurangnya minat audiens sehingga jurnalisme pertanian kurang trend di era modern.
“Terlebih lagi, perkembangan informasi yang begitu cepat membuat peminat berita pertanian di surat kabar menurun mungkin karena sudah ada akses yang mudah dan cepat, yaitu internet. Di internet kita bebas mencari apapun yang kita inginkan, terutama berita atau inovasi di dunia pertanian,” ujar Asep.
Disisi lain, Asep menyebut para petani membutuhkan para advokasi maupun akademisi untuk terus menggulirkan isu-isu pertanian agar masalah-masalah yang ada di sektor pertanian mendapat perhatian lebih. “Para petani tetap membutuhkan advokasi agar isu-isu pertanian tetap ada dibantu oleh para akademisi sehingga para teman wartawan antusias untuk mengangkat tentang sektor pertanian,” jelasnya. (*DMS)
Bagikan :