Tema ini sebagai respon atas isu lingkungan perubahan cuaca yang menuntut kepedulian kita. Melalui acara ini pula sebagai bentuk komitmen PPM-Unas dalam mensosialisasikan, mengedukasi dan bersama-sama untuk selalu menjaga dan merawat lingkungan khususnya dalam masalah pembuangan dan pengelolaan sampah.
“PPM bersama civitas akademika Unas juga senantiasa konsisten menjaga dan merawat lingkungan dengan melakukan penelitian-penelitian dibidang konservasi keanekaragaman hayati Indonesia dan juga melakukan pengabdian masyarakat untuk penyelamatan lingkungan,” ujar Ketua PPM-Unas Ir. Etty Hesthiati, M.Si., Jumat (22/10/2021).
Aksi lingkungan yang pernah dilakukan oleh PPM-Unas antara lain berbagai kegiatan pengelolaan sampah berbasis masyarakat terutama di wilayah Jakarta Selatan, edukasi pengelolaan lingkungan sejak dini dengan melibatkan siswa sekolah dan orang tua, serta masih banyak lagi.
Acara webinar ini diselenggarakan dalam rangka mengisi serangkaian kegiatan Dies Natalis Unas ke-72 dengan tema Berbakti untuk Negeri. Ketua Panitia Dr. Tatang Mitra Setia, M.Si., dalam hal ini menyayangkan masih banyak masyarakat menganggap sampah hanyalah sampah. Sedangkan, jika sampah tersebut dikelola dengan baik dapat menghasilkan sebuah nilai.
“Tentunya dengan adanya pengabdian kepada masyarakat ini, peran masyarakat akan lebih meningkat dan merasakan manfaat uang tadi. Uang ini kita anggap sebagai nilai, jadi sampah itu memiliki nilai,” tutur Tatang yang sekaligus membuka jalannya webinar.
Dihadiri pula oleh Walikota Jakarta Selatan Munjirin, S.Sos., yang menyampaikan, untuk mewujudkan target pengurangan timbunan sampah sebesar 30% di Jakarta Selatan, salah satu program dengan prospek nyata ialah pemanfaatan sampah organik menjadi ecoenzim.
“Kami meyakini, ecoenzim ini memiliki berbagai manfaat untuk lingkungan,” imbuhnya. Namun masih terdapat keterbatasan mengenai pengetahuan kandungan serta komposisi yang tepat untuk menghasilkan ecoenzim dengan kualitas terbaik. Oleh karena itu, Walikota Jakarta Selatan mengajak PPM-Unas turut berpartisipasi dalam penelitian tersebut.
Hadir sebagai narasumber, Peneliti PPM-Unas Dr. Ir. Nonon Saribanon, M.Si., menyampaikan bahwa pengelolaan sampah dengan partisipasi masyarakat dapat diterapkan melalui tiga aspek dalam waste management sustainability. Secara lingkungan dapat efektif mengurangi timbunan sampah dan limbah.
Kedua, secara sosial dapat diterima sesuai dengan budaya setempat. Terakhir, secara ekonomi dapat dilakukan baik berkaitan dengan biaya yang dikeluarkan ataupun pendapatan dari sampah itu sendiri.
“Supaya ini berhasil, memang tugasnya pemerintah dan perguruan tinggi paling tidak. Perguruan tinggi memberikan masukan, konsep, model dan pendekatan. Pemerintah mengeluarkan dalam bentuk kebijakan. Sehingga, diharapakan partisipasi masyarakat tidak hanya sekedar substantif,” kata Nonon yang juga menjabat sebagai Kepala LPPM Unas.
Pada kesempatan yang sama, Direktur dan Owner Akademi Kompos Drs. H. Artomo, Apt., MBA., mensosialisasikan manfaat dari penggunaan ecoenzim. Ecoenzim adalah gabungan dari tiga bahan yaitu sisa buah dan sayuran, gula sebagai bahan fermentasi dan air.
Sebagai penggiat lingkungan, Artomo menyampaikan bahwa ecoenzim merupakan mitigasi terhadap penipisan lapisan ozon dan mengurangi efek rumah kaca. Dalam prosesnya ecoenzim akan melepaskan gas ozon (O3) yang dapat mengurangi karbondioksida (CO2) di atmosfer.
“Dengan menggunakan ecoenzim sebagai pengganti produk rumah tangga, bukan hanya menjaga kesehatan tubuh tapi juga menghemat pengeluaran rumah tangga. Secara sadar dan tidak sadar kita turut mengurangi sampah organik masuk ke TPA,” ungkap Artomo. Ia menggunakan metode ajakan sebagai pendekatan dan merubah mindset masyarakat menjadi displin atas kesadaran bahwa hal ini menjadi kebutuhan.
Sementara itu, di tangan Owner reRonce dan Poelang Kampoeng Gallery Hida Ngirhanto Singgih, S.E., M.M., sampah organik khususnya tumbuhan tertentu dapat menjadi sebuah karya seni. Ecoprint adalah proses pewarnaan dan pencetakan jejak atau motif tumbuhan kepada media yang umumnya berupa kain.
“Ecoprint menjembatani banyak hal, keperdulian pada lingkungan dan kebutuhan akan sumber pendapatan yang bisa mencukupi kebutuhan selama masa pandemi. Ada keterkaitan disitu, dengan hobi ecoprint kemudian menjadi punya hobi untuk menanam. Dengan hobi menanam mereka kemudian tertarik untuk merawat sekitarnya,” jelas Hida pada webinar yang dimoderatori oleh Drs. Gautama Wisnubudi, M.Si., dan MC Yusreini Sabrie, S.E., M.Si. (*ARS)
Bagikan :