Jakarta (UNAS)- Muculannya gurauan politik dalam beberapa bulan terakhir menjadikan suhu berpolitik di Indonesia kian memanas. Program Studi Sosiologi Universitas Nasional (UNAS) memanfaatkan hal ini untuk dijadikan topik diskusi interaktif dengan Bonn University, German yang diwakili oleh Dr. Phil Timo Markus Duile, M.A.
Dimedia sosial kerap ditemukan unggahan yang mirip dengan poster yang berkaitan dengan pemilu, sama juga kita temukan spanduk maupun baliho di pinggir jalan. Namum menariknya, konten dari poster yang di unggah di media sosial dan spanduk ini berisikan tulisan gurauan yang bermuatan politik. Poster-poster ini dikenal dengan istilah “Meme Politik”.
Seperti yang di sampaikan Dr. Phil Timo Markus Duile, M.A yang merupakan keynote dalam diskusi, bahwa politik di Indonesia sekarang terdapat sudut pandang baru dengan menggunakan meme dalam dinamika berpolitik. “Sekarang kita bisa melihat sudut baru dalam berpolitik dengan banyaknya meme politik yang di unggah di media sosial,” jelas Phil yang merupakan dosen Bonn University di German.
Diskusi khusus yang di hadiri dosen dan mahasiswa ini mengusung tema “Meme Politik dan Demokrasi di Indonesia”, dengan memanfaatkan momentum kepopuleran sebuah meme untuk propaganda politik pada Jumat (15/3).
Meme Nurhadi-Aldo adalah salah satu contoh menarik bagaimana politik yang dianggap sebagai hal kritis menjadi sesuatu yang ringan. Meme Nurhadi-Aldo merupakan Paslon Capres dan Cawapres fiktif yang tidak diketahui siapa sebenernya pencipta meme ini.
Menurut Phil, Jika rutin menggunakan media sosial, tidak mudah untuk menghindari Nurhadi-Aldo, sebuah karakter dalam meme yang sering digunakan untuk tujuan beragam: dari mengkritik, menentang opini, hingga ajakan untuk memilihnya sebagai Presiden dan wakilnya.
“Kalau kalian rutin menggunakan sosial media, sekarang meme Nurhadi-Aldo sering di bicarakan. Di meme Nurhadi-Aldo banyak kata-kata mengkeritik, menentang dan ajakan untuk memilihnya sebagai Presiden,” imbuhnya.
Meme menjadi sebuah bagian budaya anak muda yang cepat menyebar dan berkembang dalam bentuk gambar, kalimat, grafik dan simbol yang menggelikan. “Meme sekarang menjadi sebuah budaya anak muda, ada sebuah tren yang semakin akbsrut,” tutupnya. (*TIN)
Bagikan :