Pusat Riset Primata UNAS bersama Fakultas Biologi Gelar Seminar “Orangutan Tuanan Sebelum Sesudah Kebakaran: Riset dan Konservasi Orangutan di Kalimantan Tengah’’

Kebakaran hutan yang terjadi hampir setiap tahun di Kalimantan sangat membahayakan tidak hanya untuk kehidupan manusia namun juga lingkungan habitat satwa, salah satunya adalah orangutan yang merupakan hewan yang terancam punah dari permukaan bumi.

Kebakaran lahan gambut di Kalimantan ini turut mempengaruhi upaya konservasi orangutan di Indonesia, selain karena kendala lain seperti  perubahan fungsi hutan alam menjadi kawasan budidaya dan illegal logging, perburuan, perdagangan illegal serta masih rendahnya apresiasi masyarakat luas terhadap keberadaan dan fungsi ekologis orangutan di habitatnya.

Untuk membahas hal ini, Pusat Riset Primata Universitas Nasional bersama Fakultas Biologi Universitas Nasional menyelenggarakan Seminar bertajuk “Orangutan Tuanan Sebelum Sesudah Kebakaran: Riset dan Konservasi Orangutan di Kalimantan Tengah,’’  di Kampus Universitas Nasional, Jumat, (17/3). Seminar ini bertujuan untuk memaparkan penelitian Orangutan liar di Stasiun Penelitian Orangutan Tuanan, Kapuas, Kalimantan Tengah, yang telah diteliti oleh Pusat Riset Primata Universitas Nasional bersama pihak-pihak terkait sejak Agustus 2003. Seminar ini turut menghadirkan narasumber kunci yaitu Dr. Maria van Noordwijk dari Anthropological Institute & Museum, Zurich University.

Dalam presentasinya, Dr. Maria mengungkapkan bahwa kebakaran hutan menyebabkan adanya penurunan produksi buah yang tajam pada tahun 2015-2016. Hal ini mempengaruhi kehidupan orangutan yang terpaksa beralih konsumsi ke makanan lain yang bukan utama.

“Berdasarkan 10 tahun data produksi buah di Tuanan, kami berpendapat pada tahun 2015 merupakan tahun yang penuh dengan asap dan mempengaruhi produksi buah jangka panjang. Hasil observasi dan analisa awal dari data fenologi tahun 2015-2016 memperlihatkan adanya penurunan produksi buah yang tajam sepanjang tahun. Hal ini memperlihatkan adanya dampak dari kebakaran yang mengakibatkan kabut asap berkepanjangan yang mengakibatkan dampak negatif produksi buah yang akibatnya juga mempengaruhi pohon-pohon dan ekosistem. Di Tuanan, orangutan beradaptasi dengan mengonsumsi makanan yang bukan utama (umumnya daun dan kambium kayu), menjadi kurang aktif dan kurang toleransi antar sesama. Disaat yang sama, kerusakan habitat disekitar mengakibatkan kedatangan orangutan ke studi area, mengakibatkan bertambahnya tekanan populasi lokal terutama mengancam hubungan betina resident” ujar Maria van Noordwijk, Phd, dari Zurich University

Baca Juga :   PPI Unas Lepas 5 Mahasiswa Program MBKM Mandiri Ekopresantren

Konservasi orangutan dari Tim Tuanan, lanjutnya, juga  mempelajari bahwa kerusakan habitat akan mempengaruhi sepuruh orang utan dan tetangga dalam good habitat. ‘’Betina yang harus mempertahankan hidup tidak akan bisa berpindah dengan mudah tanpa mengganggu betina yang lain, hindari relokasi untuk mempertahankan populasi, dan cegah adanya translokasi,’’ tegasnya.

Sedangkan Kepala Pusat Riset Primata Universitas Nasional, Dr. Sri Suci Utami Atmoko, mengakui bahwa selama 14 tahun melakukan penelitian bersama, telah banyak hasil dan inovasi penelitian yang dipublikasikan secara nasional dan internasional. Hasil penelitian tersebut juga akan dirumuskan menjadi sebuah kemajuan inovasi ilmu pengetahuan dan manfaatnya bagi dunia konservasi keanekaragaman hayati Indonesia.

“Beberapa penelitian telah dilakukan, terutama penelitian lapangan dalam rangka penilaian habitat. Namun masih banyak kegiatan penelitian dari berbagai disiplin ilmu dibutuhkan sebelum tingkat keterancaman pelestarian orangutan dapat dikurangi. Informasi mengenai ekologi orangutan, perilaku, genetik, penyakit, sebaran geografi, dan perkiraan populasi masih sangat diperlukan untuk menunjang manajemen konservasi,’’ ungkap Dr. Suci.

Ia menambahkan, Pusat Riset Primata Universitas Nasional bersama Fakultas Biologi Universitas Nasional yang  sejak lama peduli terhadap pelestarian keanekaragaman hayati dan riset biologi lapangan telah membuka diri serta bermitra dengan berbagai universitas skala internasional. Dengan adanya kepedulian dan idealisme yang sama antara kedua belah pihak terhadap pengembangan ilmu pengetahuan dan pelestarian keanekaragaman hayati, khususnya orangutan, maka Prof. Dr. Carel van Schaik dan Dr. Maria van Noordwijk dari Anthropological Institute & Museum, Zurich University, Switzerland dan Dr. Erin Vogel dari The Departement of Anthropology Rutgers University New Jersey, USA bersama Fakultas Biologi Universitas Nasional telah menanda tangani kesepakatan kerjasama kemitraan (MoU) dalam Program Riset dan Konservasi Orangutan di Indonesia.

Kerjasama multipihak untuk mendapatkan dukungan juga dilakukan dengan pihak terkait, diantaranya adalah Universitas Palangka Raya, BKSDA Kalimantan Tengah, KPHL-Kapuas, BOS Foundation, Balit Zoologi, Puslit Biologi LIPI Cibinong, FKH-IPB, dan PSSP-IPB, serta Universitas luar negeri lainnya (Utrecht University-Belanda, Birmingham University, Kent University, Oxford Brooks University-UK).

Baca Juga :   Perguruan Tinggi Perlu Kawal Good Governance

Adanya perhatian internasional untuk mengadakan riset biologi telah membuka kesempatan untuk bekerja sama, ditambah lagi dalam era globalisasi ini perguruan tinggi ditantang untuk meningkatkan kajian ilmu pengetahuan dan dapat pula berperan dengan reputasi ilmu pengetahuan secara global. Oleh karena itu, bekerja sama secara bermitra sejajar dengan perguruan tinggi internasional adalah salah satu cara guna saling berbagi: pengalaman, metode penelitian dan bantuan pendidikan.

Penelitian menjadi strategi penting dalam mendukung upaya konservasi orangutan. Penelitian akan memberikan informasi kepada pengelola bagaimana harus melakukan pengelolaan konservasi orangutan disesuaikan dengan tingkat ancaman dan permasalahan pada orangutan dan habitatnya. Selama ini, hampir semua penelitian orangutan dilakukan di hutan primer. Penelitian di hutan-hutan yang terdegradasi perlu dilakukan untuk mengetahui bagaimana orangutan dapat bertahan hidup pada kondisi habitat yang kurang layak.

Sementara itu, pada kesempatan yang sama, Dekan Fakultas Biologi Universitas Nasional (UNAS) Drs. Imran S.L. Tobing, M.Si, menyampaikan bahwa kerjasama kemitraan penelitian sangat dibutuhkan untuk mewujudkan tujuan konservasi, sekaligus meningkatkan kualitas sumberdaya manusia generasi muda Indonesia. Kerjasama kemitraan ini telah membawa manfaat positif bagi Fakultas Biologi Universitas Nasional, diantaranya berupa beasiswa riset untuk skripsi S1, beasiswa studi S2 dan S3.

Bagikan :
Berita Terbaru

Jadwal pelaksanaan PLBA T.A 2024/2025

Hari : Kamis 

Tanggal : 19 September 2024

Pukul : 07.00 – 17.00 WIB

Auditorium Universitas Nasional

FAKULTAS

  1. FISIP
  2. FAKULTAS BAHASA DAN SASTRA
  3. FAKULTAS TEKNIK DAN SAINS
  4. FAKULTAS TEKNOLOGI  KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA

Hari : Jum’at

Tanggal : 20  September 2024

Pukul : 07.00 – 16.00 WIB

Tempat : Auditorium Universitas Nasional

FAKULTAS

  1. FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
  2. FAKULTAS HUKUM
  3. FAKULTAS ILMU KESEHATAN
  4. FAKULTAS BIOLOGI DAN PERTANIAN

Tempat : Auditorium Universitas Nasional

Chat with Us!