JAKARTA – Semangat belajar yang tak pernah surut hingga akhir hayat menjadi pedoman teguh bagi Duta Besar (Dubes) Indonesia berkuasa penuh untuk Ukraina, Giorgia dan Armenia, Prof. Dr. Yuddy Crisnandi, S.E., M.E. Mantan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi RI itu menjalani sidang skripsi di Fakultas Hukum Universitas Nasional (UNAS), jurusan Hukum Perdata, pada Rabu (25/07).
Yuddy memulai perkuliahannya di UNAS pada tahun 2013 pada saat menjabat sebagai menteri hingga kemudian menjadi duta besar. Menurutnya, mengikuti perkuliahan di Fakultas Hukum UNAS menjadi salah satu bentuk semangatnya untuk terus menimba ilmu yang sangat luas.
“Buat saya belajar itu tidak ada batasnya. Dari kita lahir hingga keujung liang lahatpun masih diberi kesempatan utnuk belajar. Ilmu pengetahuan itu bagaikan samudera yang begitu luas, dan tanpa kita sadari pengetahuan yang kita miliki hanya secuil saja. Semakin banyak kita belajar, semakin banyak yang belum kita ketahui,” ujar Guru Besar Bidang Pembangunan Ekonomi Industri dan Kebijakan Publik itu saat diwawancarai usai sidang.
Disinggung mengenai jurusan yang diambilnya, pria berdarah Sunda itu mengaku Ilmu Hukum sendiri memiliki aspek yang begitu penting untuk mengatur seseorang dalam kehidupan bermasyarakat dan berperilaku di dalam suatu negara. “Beradasarkan pembelajaran yang saya alami sebagai mahasiswa hukum, saya dapat mengetahui apa saja kepentingan hukum dalam kehidupan sehari-hari,” imbuhnya.
Dalam pengerjaan skripsinya selama satu tahun terakhir, Yuddy harus melakukan bimbingan jarak jauh ditengah kesibukannya sebagai Dubes. Namun dengan semangatnya yang giat, melalui skripsinya yang berjudul “Tinjauan Hukum Terhadap Hak Kreditur Atas Jaminan Debitur Dalam Perjanjian Hutang Piutang Dibawah Tangan”, ia berhasil meraih Sarjana Hukum dengan Predikat Sangat Memuaskan.
“Alhamdulillah.. ini menjadi kepuasan batin bagi saya yang belum banyak mengetahui apa-apa. Semoga dapat menginspirasi generasi muda untuk jangan berhenti menuntut ilmu, karena sehebat apapun kita mencapai gelar akademik dan diujung manapun kita menggapai ilmu, sesungguhnya masih ada celah yang belum kita ketahui,” tutupnya. Yuddy pun mengungkapkan keinginannya untuk mendalami bidang lain seperti Psikologi atau Filsafat.
Sementara itu, Dekan Fakultas Hukum UNAS, Dr. Ismail Rumadan S.H., M.H., yang juga sebagai penguji mengatakan bahwa dalam proses belajarnya di UNAS, Yuddy menunjukkan adanya kesungguhan yang sangat besar. Walaupun sudah menjadi Guru Besar, Yuddy masih ingin belajar lagi ditingkat S1 secara Formal di Fakultas Hukum UNAS.
“Kita perlu apresiasi dari semangatnya, dan kami fakultas hukum sangat merespon baik keinginannya untuk belajar. Prof. Yuddy mengikuti proses perkuliahan dari awal sampai akhir sidang dengan presentasi yang cukup bagus dan dalam konteks pemahaman S1 itu sudah cukup luas dalam memahami apa yang ia pelajari,” tuturnya.
Ismail menambahkan, dalam penulisan skripsinya, pria kelahiran Bandung, 29 Mei 1968 itu mengambil dari kasus yang dialaminya sendiri hingga kemudian diangkat menjadi studi untuk dikaji lebih dalam. Berdasarkan penilaian yang diberikan oleh penguji, menurut Ismail, Yuddy pantas untuk mendapatkan nilai sangat memuaskan mengingat kesungguhan dan kerja kerasnya yang begitu optimal.
”Untuk penilaian kami memang menilai dari berbagai aspek, mulai dari kasusnya, cara beliau menyelesaikan masalah, teknik penulisan, hingga pada semangatnya. Penilaian terakhir ini kami memang melihat semangatnya yang begitu besar dalam menuntut ilmu sehingga nilai sangat memuaskan pantas untuk didapatkan,” katanya.(*NIS)
Bagikan :