Jakarta [UNAS] – Hari Konservasi Alam Nasional (HKAN) merupakan salah satu hari peringatan lingkungan hidup di Indonesia. Penyelenggaraan hari peringatan ini sebagai upaya kampanye kepada masyarakat akan pentingnya konservasi alam bagi kesejahteraan masyarakat.
HKAN diperingati setiap tanggal 10 Agustus. Peringatan ini telah dimulai sejak tahun 2009, di tahun 2016 ini peringatan HKAN diadakan di Taman Nasional Bali Barat, peringatan juga dibarengi dengan kegiatan Jambore Konservasi yang ke-3.
Ahmad Baihaqi, salah satu kader konservasi Provinsi DKI Jakarta dari Universitas Nasional mengikuti jambore nasional hari konservasi alam tahun 2016 di Taman Nasional Bali Barat. Ia berkesempatan memberikan leaflet Burung-Burung di Kampus Universitas Nasional dan Sekitarnya kepada Dirjen Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem KLHK RI, Tachrir Fathoni.
Abay, panggilan akrabnya, mengungkapkan bahwa melestarikan keanekaragaman hayati di lingkungan sekitar kita juga penting, seperti di taman dan hutan kota bahkan di lingkungan kampus sekalipun.
“Keanekaragaman hayati di lingkungan kampus dapat dimanfaatkan sebagai sarana pembelajaran, khususnya di bidang Biologi” Ujar abay yang juga merupakan Peneliti dari Pusat Kajian Lingkungan dan Konservasi Alam, Fakultas Biologi Universitas Nasional, Jakarta.
Abay berharap, jangan sampai keanekaragaman hayati Indonesia hanya menjadi bayang- bayang di masa yang akan datang akibat eksploitasi besar-besaran.
Salah satu tujuan peringatan HKAN adalah memberikan edukasi kepada masyarakat dalam menyelamatkan ekosistem alam. Edukasi tersebut dapat berupa memperkenalkan kepada masyarakat mengenai keanekaragaman hayati dan peran ekologisnya di alam, sehingga muncul rasa peduli dan bersama-sama menjadi aktor konservasi.
Tachrir Fathoni Dirjen Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem KLHK RI mengatakan, “Jika dipetakan, di Indonesia nampak yang paling hijau adalah hutan-hutan yang berada di kawasan konservasi,” ujar Fathoni.
“Tantangan besar dari Indonesia adalah menjaganya, apalagi kita telah memiliki hari konservasi alam, yang kedua adalah kualitas dan kuantitas sumber daya manusia sebagai penjaga konservasinya”, ungkap Fathoni.
Dari kedua hal ini KLHK RI menekankan pentingnya partisipasi masyarakat, NGO juga swasta dalam melakukan konservasi.
Fathoni juga menyampaikan bahwa menurut pengamatan dari beberapa NGO, bahwa saat ini sudah semakin sulit menemukan transaksi satwa, ini berarti upaya penegakan hukum yang dilakukan selama ini cukup memberikan efek jera pelaku kejahatan, serta hal positif bagi pengurangan angka perdagangan satwa langka tersebut.
Bagikan :