“Alhamdulillah, pada hari ini FBS dapat menyelenggarakan webinar Nasional yang diikuti kurang lebih 583 peserta. Adapun jumlah pemakalah utama ada empat didampingi oleh peserta dengan masing-masing 20 makalah untuk itu kegiatan ini tidak lepas dari peran serta peserta semuanya sehingga kegiatan ini dapat terlaksana dengan baik,” ujar Ketua Panitia Dr. Kasno Atmo Sukarto, M.Pd.,dalam laporan kegiatan secara virtual.
Dalam kesempatan yang sama, Dekan FBS Unas Drs. Somadi, M.Pd.,menyinggung tema seminar nasional kali ini. “Seminar ini mengambil tema Revitalisasi Pemikiran Sutan Takdir Alisjahbana : Bahasa, Sastra, dan Budaya” hal ini berkaitan dengan Dies Natalis Universitas Nasional ke 72 tahun,” katanya.
Lebih jauh, Somadi mengatakan bahwa revolusi pemikiran Sutan Takdir Alisjahbana masih tetap dikenang hingga saat ini. Sutan Takdir Alisjahbana sendiri merupakan guru, budayawan, dan sebagai ahli sastra serta ahli bahasa. “Sutan Takdir Alisjahbana tidak hanya menyiarkan bahasa Indonesia lewat karya sastra yang dihasilkannya pemikiran beliau turut membangun tata bahasa Indonesia pada bidang sastra,” ungkap Somadi.
Ia melanjutkan, Sutan Takdir Alisjahbana berpandangan bahwa bahasa Indonesia harus mampu melayani kebutuhan manusia modern selaras dengan perkembangan ilmu serta teknologi. Untuk itu, menurut Sutan Takdir Alisjahbana bahasa Indonesia bisa memayungi segala macam bidang ilmu dan memudahkan penyebaran pengembangan pengetahuan lewat kerja penerjemahan.
“Bagi beliau ilmu pengetahuan termasuk bahasa harus bisa membawa ke arah terang untuk menjawab berbagai persoalan-persoalan hidup,” jelas Somadi.
Sementara itu, Prof. Dr. H. Taufik Abdullah, M.A., mengenang Sutan Takdir Alisjahbana saat menjadi koleganya. Ia mengatakan bahwa Sutan Takdir Alisjahbana merupakan sosok seorang sastrawan (novelis/ penyair/ assist), ilmuwan/ guru besar ( filsafat/ ahli bahasa ) dan penerbit yang tidak terlupakan. Prof. Taufik juga menceritakan suatu ketika ia pernah diajak bergabung untuk memimpin Pusat Studi Dunia Barat.
“Perasaan kaget datang begitu saja menyerang saya. Apakah jawab yang harus saya sampaikan? Saya setuju sekali jika saja ada universitas di tanah air tercinta ini yang mempunyai pusat studi tentang dunia barat,” ucapnya.
Dalam webinar ini, Mantan asisten Sutan Takdir Alisjahbana atau Dosen IISIP Jakarta Abu Hasan Asyari juga menggambarkan sosok seorang Sutan Takdir Alisjahbana. Ia pun menjelaskan peran Sutan Takdir Alisjahbana dalam memajukan bahasa dan kesusastraan Indonesia.
“Sebagai wujud nyata STA dalam memajukan bahasa dan dan kesusastraan Indonesia ialah dengan mendirikan majalah Pujangga Baru tahun 1933 bersama dengan Armijn Pane dan Amir Hamzah. Dari lingkungan majalan inilah terbit gagasan menyelenggarakan Kongres Bahasa Indonesia yang pertama di Surakarta tahun 1938, yang menghasilkan keputusan-keputusan tentang perlunya mengadakan lembaga dan suatu fakultas Bahasa Indonesia,” jelasnya yang juga sebagai Dosen IISIP Jakarta.
Kegiatan webinar ini terbagi menjadi tiga sesi, pada sesi pertama pemaparan materi oleh Peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Prof. Dr. H. Taufik Abdullah, M.A., dan Mantan asisten Sutan Takdir Alisjahbana Abu Hasan Asyari.
Untuk webinar sesi dua yaitu pemaparan materi oleh Prof. Suwardi Endraswara, M.Hum. membawakan materi tentang Membaca Sutan Takdir Alisjahbana “Melalui Lima Perspektif Sastra Bandingan” dan Dr. Kasno Atmo Sukarto, M.Pd., dengan membawakan materi tentang Bahasa dan Kebudayaan dalam Percikan dan Pemikiran Sutan Takdir Alisjahbana.
Sementara untuk webinar sesi tiga peserta dibagi kedalam dua room zoom yang masing-masing diisi oleh para narasumber dari FBS UNAS. (*DMS)
Bagikan :